TPA Mandung Menggunung, ‘Urgent’ Bank Sampah Desa
Tabanan | barometerbali – Kondisi sampah di tempat penampungan akhir (TPA) Mandung, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan sudah overload (kelebihan beban-red). Dalam sehari kapasitas tampungnya melebihi 100 ton sampah berbagai jenis.
“Total jumlah sampah dikirim ke TPA Mandung, per hari rata-rata bervolume 100 ton. Dari existing sampah telah menumpuk rata-rata ketinggian mencapai 20 meter, maka dapat dikategorikan kondisinya telah overload,” ungkap Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Tabanan, I Made Subagia, saat dihubungi Minggu (05/09/2021).
Kendala lain yang dihadapi imbuhnya, kerusakan alat berat, sehingga sampah warga belum semuanya bisa langsung diangkut oleh petugas kebersihan guna menghindari penumpukan sampah lebih parah lagi di TPA Mandung.
Kendati demikian, dalam upaya menekan jumlah tumpukan sampah Pemerintah Kabupaten Tabanan telah melakukan beberapa langkah mulai dari, pengelolaan sampah berbasis sumber, sosialisasi kepada perbekel agar melakukan swakelola sampah oleh desa, melakukan penyemprotan ecoenzyme untuk menghilangkan bau busuk sampai adanya usulan program pembelian lahan untuk TPA.
“Mestinya beban kami bisa dikurangi dengan swakelola sampah di tiap desa. Kami sudah pernah sampaikan ketika bertemu para perbekel terkait hal itu. Bayangkan sebanyak 100 ton sampah dikirim ke TPA Mandung per hari. Ada 66 ton kiriman dari desa layanan mulai dari Desa Abiantuwung, Banjar Anyar, Dajan Peken, Delod Peken, Dauh Peken, Denbantas, Bongan dan sekitarnya. Ditambah juga dari daerah lainnya dengan total volume mencapai 34 ton lebih,” papar Subagia.
Lahan TPA Mandung seluas 2,7 hektar tersebut kini nampak penuh tertutupi sampah yang menggunung.
“Ketika sampah diterima, langsung akan diloading dan selanjutnya ditata ke atas,” kata Subagia.
Mengenai pengelolaan gas beracun dan dampak bau ditimbulkan, telah dilakukan juga upaya secara rutin penyemprotan cairan ecoenzyme yang sampai saat ini masih dibantu oleh pihak Ecoenzyme Nusantara Tabanan.
“65 persen sampah di sini organik. Setiap dua kali sehari, atau disesuaikan dengan kondisi sampah, ecoenzyme disemprotkan ke gundukan sampah. Saat ini kami telah memiliki stok air sebanyak 15 ribu liter dan alat penyemprotnya. Sehingga, nantinya akan mampu melakukan penyemprotan secara rutin ecoenzyme. Sedikit tidaknya mampu mengurangi bau serta dapat menata gas metan guna mencegah terjadinya kebakaran,” tuturnya.
Dijelaskan Subagia, memang telah ada usulan dan rencana untuk memperluas lahan TPA dari pemerintah daerah yang telah mengusulkan program pembelian lahan akan tetapi, fiskal saat ini belum memungkinkan. Selain itu pemilik tanah belum mau membebaskan tanahnya. Akan tetapi menurutnya, apabila memanfaatkan tanah aset pemerintah daerah dari segi luasan lahan memang belum mencukupi juga.
“Ya, minimal satu lokasi luasan lahan TPA kurang lebih mencapai 1 hektar,” cetusnya.
Dalam upaya penanganan tersebut pada prinsipnya DLH meskipun di tengah kondisi pandemi dan keuangan daerah belum memadai, namun pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah berbasis sumber tetap dilaksanakan. Di mana, desa adat maupun desa dinas terus bergerak sehingga pelan tapi pasti sedikit tidaknya volume sampah dikirim ke TPA Mandung dapat dikurangi.
“Kami tetap bergerak dalam mengupayakan Bank Sampah di tiap desa. Minimal masyarakat teredukasi terlebih dahulu untuk memilih maupun memilah sampah dari sumbernya. Sampah organik bermanfaat dijadikan pupuk kompos” tutup Kadis Lingkungan Hidup. (BB/504)