Penting, Pelaku UMKM Berkolaborasi dalam Koperasi
Badung | barometerbali – Seperti diketahui, di setiap krisis, yang menjadi backbone (tulang punggung, red) di negara manapun adalah UMKM. Di tengah kompetisi global yang semakin ketat di era 5.O ini, kolaborasi pelaku UMKM di dalam wadah koperasi amatlah penting jika tak mau terlindas di dalamnya. Demikian pula dibutuhkan kesepakatan bersama di antara mereka untuk membuat merek kolektif. Hal ini akan sangat mempermudah dan memperkuat posisi, kualitas dan kontinuitas produknya di pasaran ketika masuk ke kancah ekspor.
Pemerhati Koperasi, UMKM dan Ekonomi Kreatif Dewi Tenty Septi Artiany menegaskan urgensi melakukan perubahan mindset (pola pikir, red) pelaku UMKM saat ini yang kian bertumbuh di masa pandemi Covid-19 namun belum menampakkan hasil yang diharapkan. “Selain itu, akan mampu memenuhi kebutuhan pasar dengan lebih baik lagi karena, ada kebersamaan di antara para UMKM dalam menghasilkan produk,” ungkapnya didampingi Notaris Dr Made Made Pria Dharsana, SH, MHum di Seminyak, Kuta, Kabupaten Badung, Minggu (31/10/2021).
“Dengan merek kolektif tersebut setidaknya akan mampu memberi produsen dalam hal ini pelaku UMKM tidak membuat merek sendiri-sendiri akan tetapi merek produk bersama. Di sini kita juga perlu edukasi tentang branding produk, packaging, digitalisasi, perlindungan produknya dan legalitas hukumnya,” sambung Dewi Tenty yang juga Insiator Kelompencapir ini.
Notaris kawakan ini melanjutkan, dengan melakukan perkumpulan atau komunitas maka akan menjadi agregator untuk UMKM. Hal tersebut setidaknya akan mampu mengubah kultur dari pelaku UMKM selama ini juga sehingga terciptalah rantai perekonomian yang sustain (berkelanjutan, red) dari dan untuk teman kita sendiri.
“Dengan adanya kebersamaan di antara pelaku UMKM tentu akan mampu tercipta kekuatan besar pelaku UMKM sehingga akan menjadi lebih baik serta lebih maju ke depan dalam menghadapi persaingan global,” tandasnya.
Made Pria menambahkan peran koperasi, UMKM dan ekonomi kreatif di masyarakat amatlah besar. “Bahkan kelompok ini besar sekali, cuman mereka tidak terkumpul, tidak teperhatikan secara baik,” singgungnya.
Kultur kita di Indonesia menurutnya, tidak ada satu kesatuan yang sama untuk menggerakkan sebuah kerja sama ekonomi bareng.
“Selain itu sertifikasi dan regulasi yang ada, tidak dibuat sederhana untuk membantu barang-barang produk lokal itu untuk diekspor,” tutup Made Pria. (BB/502)