Baksos Gema Perdamaian Bagi Warga Binaan Lapas Kerobokan
Badung | barometerbali – Tak kurang dari 100 warga binaan (istilah lain dari narapidana) di Lapas Kelas 2A Kerobokan antusias menghadiri bhakti sosial dan mendapatkan manfaat dari pemeriksanaan kesehatan gratis, konsultasi, hipnoterapi, fisioterapi, tarot dan lainnya dari Komunitas Pengayah Gema Perdamaian (GP), Jumat, (10/6/2022).
Sementara itu, para relawan GP beruntung mendapat kesempatan melayani dan berbagi kasih dengan para warga binaan yang sedang menjalani masa tahanan.
Ketua Panitia GP ke-20, dr. Putu Laksmi Anggarini Duarsa, Sp.KK dalam sambutannya menyatakan, gerakan GP bermula dari suasana keprihatinan pascateror bom yang mengguncang dan memporakporandakan Bali pada 2002 silam. Saat itu, sekelompok anak bangsa yang peduli Bali berkumpul guna merajut kembali rasa damai yang sempat terkoyak oleh ulah segelintir manusia biadab yang tak berperikemanusiaan menyebarkan teror yang berujung pada tragedi kemanusiaan Bom Bali.
Itulah latar belakang gerakan Gema Perdamaian. Tak terasa, GP kini sudah memasuki usia 20 tahun. Jika dirunut, GP digelar pertama kali pada Sabtu, 11 Oktober 2003. Gerakan ini adalah upaya edukasi dan penyadaran bahwa kita bersaudara. Bahwa perbedaan adalah fakta hidup, namun hakikatnya satu sebagaimana motto ideologi Pancasila yaitu Bhinneka Tunggal Ika.
Sebagai jawabannya bahwa damai itu perlu upaya, maka dilakukan berbagai aktivitas damai. Lalu dibuatlah acara yang dapat mengakomodasi rasa tersebut dan mampu menggaungkan perdamaian, mampu membangun mindset damai yang kokoh di masyarakat.
Acara ini dikemas secara alamiah dan menghormati perbedaan (keberagaman). Mereka lalu bersama-sama berikthiar dan berdoa memohon agar kedamaian senantiasa ada di dalam hati, sikap dan perilaku.
Menurut dr. Laksmi Duarsa, untuk mengisi acara GP ke-20, pihaknya telah menggelar beberaga kegiatan, di antaranya doa bersama di Gong Perdamaian Kertalangu, 14 Maret 2022 tatkala sedang berkecamuknya Perang antara Rusia-Ukraina.
Doa itu diharapkan memancarkan vibrasi agar dunia kembali damai. Kegiatan kedua dalam tahun ini, GP mempersembahkan bhakti sosial yang terinspirasi oleh filosofi Tri Hita Karana yaitu menjaga keharmonisan antarmanusia (Pawongan), selain menjaga keharmonisan hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, Hyang Widhi Wasa (Parahyangan) dan keharmonisan hubungan manusia dengan alam semesta (Palemahan).
Bhakti sosial kali ini memilih Lapas Kelas 2A Kerobokan. Pemilihan lokasi ini didasari oleh pertimbangan bahwa layanan kesehatan di Lapas tidak semudah layanan kesehatan di luar Lapas. Walaupun pelayanan kesehatan di Lapas sudah menjadi tanggung jawab pemerintah, namun mungkin ada sisi-sisi lain tidak sepenuhnya bisa ter-cover oleh pemerintah.
“Oleh karenanya, kami hanya ingin berbagi kasih dengan saudara-saudara kami, warga binaan di Lapas” ujarnya.
Ada pun layanan kesehatan yang dipersembahkan dalam Bhakti Sosial di Lapas Kerobokan meliputi Dharma Talk, Holistik Theraphy/Healing (Prana/Crystal/Hypno), layanan fisioterapi, pemeriksaan kesehataan (kulit, penyakit dalam, THT), Self Love, Konseling Psikolog dan Tarrot Card.
Bhakti sosial ini didukung oleh sejumlah stakeholdres yakni Paiketan Krama Bali, Pusat Unggulan Pariwisata Unud, Self Love FLC, RS Surya Husada, RSUD Wangaya Kota Denpasar, RS Kasih Ibu, RSU GarbaMed, BIMC Hospital, Quantum Diagnostic Centre, Majalah Craddha, AtNews, Bank BRI, Pasraman Bali Eling Spirit, TK Ayu Weda dan WHDI.
Bhakti sosial diawali dengan sharing tentang “Bahagia di Mana-mana” oleh Ibu Nena Mawar Sari, S.Psi, Cht; Self Love oleh Jero Jemiwi dan persembahan beberapa lagu dari para relawan. Yang memukau adalah penampilan musisi kondang, Bli Jerinx dan kawan-kawan.
GP XX tahun ini juga dimeriahkan oleh berbagai kegiatan seperti lomba kreatif untuk edukasi damai, yoga damai, meditasi damai, dialog damai secara nasional dan internasional, peace day.
Koordinator Kesehatan Lapas Kelas 2A, Kerobokan, dr AA Gede Hartawan menyatakan, jumlah penghuni Lapas Kerobokan saat ini 1.056 orang. Dari jumlah itu, 2/3-nya narapidana dari luar Bali sedangkan napi orang asing sekitar 70 orang dari 20-an negara.
“Kami berharap, kegiatan seperti ini kalau bisa agar dilaksanakan secara rutin. Warga binaan pasti akan semangat mengikuti jika diumumkan jauh-jauh hari,” ujar dokter yang telah 25 tahun bertugas di lapas Kerobokan ini.
Terkait Bhakti Sosial di Lapas, salah satu The Founding Father/Steering Committee GP, Ida Rsi Wisesanatha menyatakan, GP selalu melakukan aksi nyata pelayanan (sevanam) bagi para warga binaan di Lapas Kerobokan.
“Kehadiran teman-teman komunitas GP merupakan bukti bahwa kami ingin berbagi kasih (we love you) untuk bersama-sama membangun rasa damai. Kami ikut merasa bahagia menyaksikan warga binaan di Lapas antusias mengikuti acara,” ujar Ida Rsi.
Sebaliknya, momen ini adalah pembelajaran bagi relawan komunitas GP karena dapat secara langsung menyaksikan suasana kehidupan di lapas.
“Baksos ini membangun perspektif baru bagi para warga binaan bahwa masih ada sekelompok orang mau berbagi kasih kepada mereka yang sedang menjalani tahanan,” imbuh Ida Rsi.
Para warga binaan di Lapas, selain mendapatkan layanan pemeriksaan kesehatan gratis, mereka juga mendapatkan bingkisan dari para relawan GP. (BB/501)