Polres Tabanan Tetapkan Sopir Bus Tersangka
Tabanan | barometerbali – Polres Tabanan menetapkan sopir bus pariwisata B 7134 WGA berinisial AS (38) asal Sidoarjo, Jawa Timur sebagai tersangka utama kecelakaan lalu-lintas (laka lantas) beruntun di jalan raya Denpasar – Singaraja KM 39,9 wilayah Banjar Pacung, Desa Baturiti, Kecamatan Baturiti, Tabanan pada Sabtu, (18/6/2022) lalu.
Kapolres Tabanan AKBP Ranefli Dian Candra mengungkapkan hal tersebut kepada awak media dalam press release di Mapolres Tabanan, Senin (20/6/2022).
Tersangka AS diduga melakukan kelalaian saat berkendara dan mengakibatkan kerusakan barang, korban luka ringan, dan korban meninggal dunia.
“Akibat perbuatan tersangka AS telah menewaskan Ni Wayan Wandani (30) alias Bu Okta, menyebabkan 10 kendaraan rusak, dan 8 orang luka-luka,” rinci Kapolres.
Dikatakan dugaan pelanggaran itu sesuai ketentuan Pasal 310 ayat (1), ayat (2), dan ayat (4) dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ).
Menurut pasal 310 UULAJ, pengemudi kendaraan bermotor yang karena kelalaiannya menyebabkan kecelakaan lalu lintas ancaman pidananya mencapai 5 tahun penjara, bahkan jika korbannya meninggal ancaman pidananya 6 tahun penjara. Denda paling banyak Rp12.000.000,- (dua belas juta rupiah).
“Kerugian diperkirakan tiga ratus juta rupiah. Kami sudah gelar perkara. Sopir sudah kami tetapkan sebagai tersangka dan ditahan. Kami terapkan Pasal 310 ayat satu, dua, dan empat,” terang Kapolres Tabanan, AKBP Ranefli Dian Candra didampingi Kasat Lantas Polres Tabanan, AKP Kanisius Franata, Kasi Humas Iptu Nyoman Subagia, jajaran Polres Tabanan dan Polsek Baturiti.
Di sisi lain, pihak kepolisian akan memanggil pihak perusahaan bus pariwisata yang berlokasi di Surabaya guna mempertanggungjawabkan ganti rugi kerusakan kendaraan.
“Kami saat ini intensif melakukan penyidikan. Dan memanggil pihak perusahaan, terkait kondisi kendaraan yang ada. Kami sudah bersurat secara resmi,” ujar Kapolres.
Awalnya, bus pariwisata yang memuat penumpang siswa-siswi SMP Labschool Unesa 2 itu, berangkat dari Surabaya, Jawa Timur.
Kemudian sampai di Gilimanuk, Jembrana Bali, bus pariwisata melalui jalur Singaraja langsung menuju ke obyek wisata DTW Ulun Danu Beratan, Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti, Tabanan.
Selanjutnya bus berencana melanjutkan perjalanan le tempat wisata di Kabupaten Gianyar melewati jalan turunan dari Pasar Baturiti hingga ke Pacung.
Namun tiba-tiba setelah pukul 11.30 Wita bus pariwisata berwarna oranye tersebut sempat oleng dan zigzag tepat di TKP.
Kuat dugaan, bus pariwisata mengalami masalah pada rem atau rem “blong” sehingga lepas kendali (out of control) dan menyenggol mobil Rush.
“Di dalam mobil Rush hitam, ada tiga orang yang mengalami luka ringan. Kemudian, sopir bus membanting setir dan mengenai mobil APV (kondisi terbalik, red) yang di dalamnya ada lima bule (WNA). Dua dari bule itu mengalami luka parah. Tiga sudah dipulangkan (luka ringan),” paparnya.
Setelah itu beruntun menabrak mobil Ayla, kemudian Swift Silver, dua sepeda motor, Feroza, Avanza, Swift Silver kedua, dan terakhir mobil Honda CRV.
Dalam kondisi bus pariwisata yang tak stabil tersebut, sopir berusaha mencari lokasi penghentian dan menabrak dinding tebing pada kedalaman atau jurang sekitar lima meter.
“Jadi setelah itu, kemudian kami mengamankan jalur karena itu jalur nasional dan di situ lokasi wisata banyak,” imbuh Kapolres.
Sang sopir AS dalam keterangannya mengaku sudah berusaha keras mengendalikan kendaraan dalam kondisi rem yang tidak berfungsi normal. Ia sudah mengerem dengan rem tangan, memindahkan transmisi namun tidak berfungsi maksimal dalam menahan laju bus.
“Pada saat itu kondisi angin (dalam sistem rem, red) sudah tidak ada. Saya sudah berusaha mengerem. Saat zig zag itu saya berusaha bagaimana agar mobil itu berhenti. Kalau saya buang ke kiri mungkin korban lebih banyak. Habis itu di depan saya ada mobil, itu yang saya tabrak. Habis nabrak itu saya berusaha lagi bagaimana caranya untuk mobil itu berhenti. Keburu ada jalan turunan, ga mungkin saya buang ke kanan karena posisi sangat ramai. Kalau saya buang ke kiri atau ke kanan mungkin korban lebih banyak karena ramai,” tutur AS.
Ia mengatakan kondisi rem bus sudah dilakukan pengecekan sebelumnya.
Atas peristiwa tragis ini AS menyampaikan penyesalannya dan tidak ada unsur kesengajaan.
“Saya sangat menyesal sekali. Memang bukan saya sengaja. Memang tidak sengaja,” tandas AS sembari menundukkan kepalanya. (BB/501)