Sunday, 19-01-2025
Peristiwa

Nihil Demo, Walau Embung Sanur Babat Mangrove

Denpasar | barometerbali – Maraknya aksi demo warga Intaran Sanur dan Walhi Bali menolak rencana pembangunan Terminal LNG dengan pemanfaatan Kawasan Hutan Mangrove Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai, di pesisir Desa Sidakarya oleh PT. Dewata Energi Bersih (PT. DEB) untuk kemandirian energi Bali ternyata tidak terjadi pada proyek pembangunan Embung Sanur yang membabat kawasan hutan mangrove.

Padahal, pembangunan Embung Sanur di kawasan Tahura ternyata diakui telah membabat ekosistem mangrove (hutan bakau) dan paku laut (Acrostichum aureum). Namun anehnya selama proses pembangunannya yang dimulai sejak tahun 2021 lalu, sama sekali tak ada gelombang aksi penolakan dari warga Sanur dan para aktivis lingkungan.

Dikonfirmasi awak media terkait keberadaan embung yang dianggap “menghilangkan” sebagian kawasan mangrove di sekitar lokasi proyek, Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Tahura Ngurah Rai Provinsi Bali I Ketut Subandi, SHut, MSi, menjelaskan, sebagai orang konservasi tidak melulu hanya bicara tentang mangrove, tetapi juga bicara tentang ekosistem hutan mangrove.

“Tentu itu juga membabat ekosistem mangrove, karena arealnya dipakai untuk pembangunan embung, ya dilakukan penebangan dan pembersihan lokasi tersebut,” ungkapnya.

“Pada ekosistem hutan mangrove ada flora, fauna yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya saling bergantungan membentuk ekosistem hutan mangrove sebagai penyangga kehidupan di dalam dan di sekitar kawasan hutan,” sambungnya melalui aplikasi pesan, Minggu (10/7/2022) lalu.

Sebelumnya disebutkan proyek pembangunan Embung Sanur ini luasnya sekitar 2, 5 hektar dengan luas kolam embung sebesar 0, 96 hektar, berkapasitas tampungan 34.500 m3, pembangunannya sudah berjalan.

Pada areal tersebut adalah ekosistem hutan mangrove (eks areal tambak) yang kebetulan lebih banyak ditumbuhi semak belukar dan tanaman yg ditanam masyarakat (pisang, nangka dan lainnya) dan masih ada juga mangrove yang tumbuh, namun jenis-jenis kepiting, ikan, burung-burung juga ada hidup di sana.

“Sebagian ada jenis-jenis mangrove dan asosiasi mangrove, semak belukar dan tanaman masyarakat,” tutupnya.

Dirangkum dari beberapa sumber, kegunaan Paku Laut juga banyak. Daun-daun paku laut yang dikeringkan dipergunakan sebagai atap rumah. Pucuknya yang muda juga dimanfaatkan sebagai sayuran di beberapa daerah. Sedangkan daun-daun yang tua dan juga akarnya digunakan sebagai bahan obat tradisional.

Dalam berita sebelumnya, Kepala Balai Wilayah Sungai Bali-Penida Maryadi Utama mengatakan, sebagai daerah konservasi air, embung ini akan menampung serta mereduksi air banjir yang bermuara di Tukad Loloan dan Tukad Enjung. Menurutnya, pembuatan embung ini merupakan usulan dari Pemkot Denpasar kepada Presiden Joko Widodo saat berkunjung ke Pasar Badung pada tanggal 18 Mei 2019 lalu.

“Pembangunan embung ini merupakan Program Direktif Presiden RI, dan menurut arahan Menteri PUPR agar Embung Sanur segera dibangun,” kata Maryadi dalam acara peletakan batu pertama (groundbreaking) Embung Sanur, Kamis (27/5/2021) lalu. 

Dikatakan Maryadi, pembangunan Embung Sanur ini akan dilaksanakan dalam dua tahapan. Tahap pertama dilakukan tahun anggaran 2021 dan tahap kedua menggunakan anggaran tahun 2022.

“Kontrak pembangunannya telah dilaksanakan pada 31 Maret 2021 dengan progres mencapai 2,35%. Pembangunan dilaksanakan Kontraktor Pelaksana PT. Undagi Jaya Mandiri, serta Konsultan Supervisi PT. Gaharu Sempana KSO PT. Kencana Adhi Karma dengan total biaya sebesar Rp 14,601 miliar berasal dari APBN Kementerian PUPR,” tutur Maryadi. 

Pembangunan Embung Sanur dilaksanakan di atas lahan Tahura kurang lebih 2,3 ha dengan luas kolam Embung sebesar 0,96 hektar, dengan Kapasitas Tampungan 34.500 m3.

“Tinggi tanggul dari dasar tampungan yakni 5.18 meter. Sehingga dengan pembangunan embung ini bisa mereduksi banjir, sebagai daerah konservasi air dan pariwisata di Kota Denpasar,” lanjut Maryadi. 

Ia menjelaskan, untuk di tahun 2021 pekerjaan akan difokuskan pada penyelesaian bentuk embung dan pembangunan tiang pancang. Sedangkan penataan lanjutan termasuk pembangunan sarana penunjang akan dilakukan tahun 2022.

Menurutnya di sekeliling embung akan dibangun jogging track sepanjang 1.5 meter yang juga dilengkapi gazebo. Sehingga selain menanggulangi banjir di wilayah Sanur khususnya wilayah Bumi Ayu Sanur dan Sekuta, juga menjadi daya tarik wisata di Denpasar.

Wali Kota Denpasar, IGN Jaya Negara pada saat itu mengatakan setiap musim hujan terutama dengan durasi lebih dari 3 jam, kawasan Bumi Ayu Sanur dan Sekuta selalu terjadi genangan.

“Kami atas nama masyarakat Kota Denpasar mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya karena telah menindaklanjuti usulan kami ini. Nantinya, selain menjadi pengendali banjir, embung ini akan menjadi obyek pariwisata Kota Denpasar Desa Sanur. Kami doakan untuk tahap pembangunan I dan II pembangunan ini berjalan dengan lancar,” tandasnya seperti dilansir di laman pu.go.id (4/6/2021) lalu. (BB/501)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button