Tak Jelas Pemasang Spanduk Provokatif Sudutkan MDA
Caption: Beginilah bunyi spanduk di depan Mal Robinson, isi kalimatnya mempertanyakan tanggung jawab dan fungsi MDA (BB/db)
Denpasar | barometerbali – Spanduk bernada provokatif ukuran sekitar 1 x 2 meter diduga bertujuan menyudutkan MDA (Majelis Desa Adat, red) dilaporkan terpasang pada 7 (tujuh) lokasi seputar Denpasar oleh orang tak dikenal alias misterius.
Spanduk tersebut menurut informasi yang berhasil dihimpun bahkan sudah terpasang sejak tanggal 15 Juli 2022 di titik-titik strategis wilayah Denpasar Timur antara lain di Bundaran Renon, depan Kantor Gubernur Bali, dan di sisi selatan pusat perbelanjaan Robinson Jl. Dewi Sartika, Denpasar, seputar GOR Ngurah Rai – Lila Buana (Denpasar Barat), dan di wilayah Lumintang (Denpasar Utara).
Setelah wartawan barometerbali.com mengecek ke lapangan pada hari ini, Rabu, (20/7/2022), rupanya hanya spanduk di sisi selatan Mal Robinson Jl. Dewi Sartika Denpasar saja yang masih tersisa. Sementara spanduk “liar” di lokasi lainnya rupanya sudah raib.
Adapun tulisan yang tercantum dalam spanduk plastik dengan dasar putih dan tulisan hitam tanpa simbol atau logo tersebut berbunyi, “WARGA GERAM Permasalahan Adat Tidak Kunjung Selesai Malah Bertambah. Tugas dan tanggung jawab MDA dimana woiiiiii… !!! Apa Fungsi MDA Untuk Tunggangan Politik… ???”.
Namun ketika media ini menyeberang jalan Dewi Sartika hendak mendekati spanduk yang masih terpampang di depan Mal Robinson, tiba-tiba ada seorang pemuda berbadan tambun langsung turun dari sepeda motornya memohon dirinya agar tidak difoto karena hendak melepas spanduk tersebut.
“Mohon jangan difoto saya pak. Saya hanya ditugaskan untuk mencabut spanduk ini,” ujar lelaki yang tak mau menyebutkan identitas aslinya.
Dia juga mengaku tak tahu siapa orang yang memasang spanduk ini.
Saat ditanya dari pihak mana asal pemuda yang hendak mengambil spanduk ini, ia menyebutkan dari organisasi Pasikian Yowana Denpasar.
“Tiyang (saya, red) dari Pasikian Yowana Denpasar diperintahkan oleh ketua tiyang Gung Angga, untuk nyabut spanduk ini,” tegasnya lagi.
Didesak apakah organisasinya keberatan atau terganggu dengan isi kalimat pada spanduk itu, dia tidak menjawab secara tegas.
“Bukan itu masalah pak. Saya hanya ditugaskan mencabut saja,” imbuhnya.
Lalu ketika dipastikan lagi apakah spanduk sejenis yang di depan Kantor Gubernur dan di Bundaran Renon dia juga mencabutnya, pertanyaan itu ditampiknya.
“Kalau yang itu saya ga tahu pak. Bukan saya pak. Maaf pak ya, bapak wartawan dari mana ya?,” tanya pemuda itu sembari bergegas menggulung spanduk dan membawa pergi dengan kendaraannya.
Di sisi lain Patajuh (Wakil Ketua) Bidang Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia Majelis Desa Adat (MDA) Provinsi Bali, I Made Wena ketika diinformasikan melalui pesan WhatsApp (WA) soal berita tersebarnya spanduk yang diduga menyudutkan lembaganya hanya membalas singkat.
“Sabarin, habis akal saja mereka 😀”, tulis Made Wena dengan emoticon ketawa.
Media ini juga menghubungi Patajuh Panyarikan (Wakil Sekretaris) MDA Provinsi Bali I Made Abdi Negara. Ia membenarkan adanya spanduk tersebut di beberapa tempat, namun tak tahu persis siapa pihak memasangnya. MDA secara resmi belum memberikan statement karena pelaku tidak jelas.
“Nggih ada di 3 lokasi yang tersisa. Yang di Renon sudah dicabut Satpol PP. Yang di Robinson saja kari (masih, red),” ujarnya saat dikonfirmasi, Rabu (20/7/2022).
Abdi Negara juga kembali menegaskan tak tahu persis apa tujuan dan siapa yang memasang spanduk tersebut.
“MDA secara kelembagaan belum bisa menyampaikan statement karena yang memasang juga tidak jelas,” tutupnya. (BB/501)