Dua Korban Ledakan Kompor Mayat Akhirnya Meninggal
Denpasar | barometerbali – Kabar duka datang dari korban tragedi meledaknya tangki minyak kompor mayat saat upacara Ngaben Massal di Desa Adat Selat, Belega, Blahbatuh, Jumat (19/8/2022) lalu. Dua korban yang selama ini dirawat intensif dinyatakan meninggal dunia dalam rentang waktu yang berbeda yakni pada dan di RSUP Prof. Ngoerah (sebelumnya RSUP Sanglah), Denpasar.
Diketahui saat dirawat di rumah sakit, salah satu dari 3 orang tukang kompor mayat, Bagus Oscar Horizonhino (34) asal Pejeng, Tampaksiring, mengalami luka bakar 94 persen pada Sabtu (20/8/2022) malam terlebih dahulu meninggal dunia, disusul kemudian Kadek Gian Pramana Putra (15) alamat Banjar Selat, Desa Belega, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar mengalami luka bakar 80 persen menghadap keharibaan Tuhan Yang Maha Kuasa pada Minggu (21/8/2022) pagi.
“Kedua korban meninggal. Korban pertama meninggal pukul 20.00 Wita Sabtu malam, satu lagi Minggu pagi pukul 07.12 Wita” ujar Kabag Humas RSUP Prof Ngoerah, Dewa Ketut Kresna, kepada wartawan di Denpasar, Minggu (21/8/2022).
Kedua korban sempat dirawat di ruang ICU unit luka bakar RSUP Prof. Ngoerah untuk distabilkan kondisinya terlebih dahulu.
Di antara enam pasien ledakan kompor saat Ngaben massal di Desa Adat Selat, Desa Belega, Gianyar, Jumat (19/8/2022) malam yang dilarikan ke Denpasar, dua korban merupakan korban terparah.
Setelah dinyatakan meninggal dunia, dua korban ledakan kompor di Gianyar dibawa ke rumah duka.
Seperti diberitakan sebelumnya, sebanyak sembilan krama (warga, red) Desa Adat Selat, Desa Belega, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, mengalami luka bakar yang cukup parah termasuk anak-anak ketika kompor mayat yang digunakan saat ritual upacara Ngaben Massal tabung minyak solarnya meledak di setra (kuburan, red) setempat pada Jumat (19/8/2022).
Pemandangan yang mengerikan dan teriakan histeris menahan kesakitan memenuhi areal kuburan. Para korban sambaran api disebutkan seperti mayat hidup karena menggeliat dengan wajah menghitam dan kulitnya mengelupas. Ada yang merayap sembari berteriak meminta tolong. Suasana Ngaben Massal pun berubah diselimuti kepanikan luar biasa.
Awalnya sekitar pukul 18.00 Wita proses upacara kremasi dimulai. Saat itu petulangan (wahana pembakaran jenazah) berbentuk singa yang posisinya paling selatan dan berisikan 12 sawa (jenazah) giliran dibakar oleh tukang kompor mayat.
Pada mulanya proses pembakaran dengan menggunakan kompor mayat berjalan lancar, namun setelah 30 menit berlalu keluarga pemilik sawa pun mendekat saat tukang kompor mayat merapikan selang kompor. Tiba-tiba saja tabung kompor mayat meledak dan terlontar ke atas, sontak api menyambar belasan orang yang ada di tempat kejadian.
“Beberapa krama dan tukang kompor tersambar api sehingga mengalami luka bakar serius. Sudah dibawa ke rumah sakit,” ujar sumber kepada media.
Kepada wartawan I Made Suarta, selaku pemilik kompor mayat menyatakan sama sekali tidak menduga akan terjadi insiden yang mengerikan ini. Pria asal Banjar Intaran, Desa Pejeng, Tampaksiring ini mengaku sebelum digunakan peralatan kompor telah dilakukan pengecekan.
Keterangan lain menyebutkan jika kebakaran itu diduga karena kelalaian tukang kompor, yakni Bagus Oscar dan dua rekannya yang diketahui dari Pejeng Tampaksiring. Di mana dari awal pembakaran warga tabung gas yang digunakan diduga sudah bocor. Hal itu diketahui dari upaya tukang kompor menutupi kebocoran dengan melilitkan kain pada bagian yang bocor. Terlebih lagi, satu tabung gas dicabangkan ke beberapa sumbu pembakaran. Bahkan ledakan terjadi di saat tukang kompor sedang mencoba mengecek kondisi tabung. Sedangkan informasi di lapangan menyebutkan bahan bakar yang dipakai pada kompresor dari kompor mayat tersebut menggunakan pertalite.
Kegiatan upacara Ngaben Massal yang berlangsung mengenaskan ini diikuti 14 kelompok dan 64 sawa (jenazah).
Kapolsek Blahbatuh Kompol I Made Tama kepada wartawan mengatakan petaka pada prosesi Ngaben Massal di Desa Adat Selat, Desa Belega ini diduga karena tabung minyak kompor pembakaran jenazah meledak saat digunakan di kuburan setempat.
Polisi sudah meminta keterangan dari sejumlah saksi yang terkait. Di antaranya I Made Suweta alias Pak Kade selaku pemilik kompor pembakaran mayat asal Banjar Intaran, Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring; Bandesa Adat Selat I Made Arta, serta Kelompok Arya Tan Mundur Kadek Pariono.
Dari pendataan di IGD RSU Sanjiwani tercatat 9 orang korban mengalami luka bakar parah. Satu di antaranya seorang anak usia 11 tahun . Korban lainnya 3 orang tukang kompor dan 5 warga. Namun korban dipastikan melebihi dari jumlah tersebut karena dibawa ke rumah sakit lainnya.
Informasi yang berhasil dihimpun barometerbali.com, data lengkap nama korban luka bakar yang dirawat di rumah sakit sebagai berikut:
a. I Ketut Muliana, laki-laki, Hindu, 49 tahun, swasta, alamat Br. Selat Belega, Blahbatuh, mengalami kedua jari tangan melepuh.
b. Ketut Adi Wiranata, laki-laki, Hindu, 32 tahun, tukang kompor, alamat Br. Intaran Desa Pejeng, Tampaksiring, mengalami kedua tangan luka dan mengalami melepuh sekujur tubuh.
c. I Gusti Nyoman Gede, laki-laki, Hindu, 60 tahun, alamat Br. Selat Desa Belega, Blahbatuh, mengalami siku tangan kiri luka.
d. I Kadek Dwi Putra Jaya, laki-laki, Hindu, 32 tahun, tukang kompor, alamat Pejeng Kec. Tampaksiring, mengalami luka melepuh sekujur tubuh.
e. I Gusti Ngurah Pradita, laki-laki, Hindu, 11 tahun, pelajar, alamat Br. Selat Ds Belega, Blahbatuh mengalami luka melepuh pada bagian tubuh.
f. Bagus Oscar, laki-laki, Hindu, 34 tahun, tukang kompor, alamat Pejeng, Kec. Tampaksiring, mengalami luka melepuh sekujur tubuh.
g. I Gusti Made Budiarta, laki-laki, Hindu, 50 tahun, swasta, alamat Br. Selat Desa Belega, Blahbatuh, mengalami luka melepuh pada sekujur tubuh.
h. I Kadek Gian Pramana , laki-laki, Hindu, pelajar, 15 tahun, alamat Br. Selat Desa Belega, Blahbatuh, mengalami luka bakar sekujur tubuh.
i. I Gusti Ketut Wiriantara, laki-laki, buruh, 38 tahun, alamat Br Selat, Belega, luka ringan.
Seluruh korban sebelumnya telah dievakuasi warga dibantu petugas PMI dan mobil patwal polisi ke Rumah Sakit Umum Sanjiwani Gianyar dan RSUP Prof Ngoerah (Sanglah) guna mendapatkan perawatan intensif. (BB/501)