Mengenang 154 Tahun Heroisme Perang Banjar
Geriya Gede Desa Banjar, Gelar Fragmen Perang Banjar hingga Wangsuh Pusaka
Ket foto: Prosesi budaya memperingati 154 tahun Perang Banjar di Geriya Gede Banjar, Kec. Banjar, Kab. Buleleng, Selasa (20/9/2022) malam. (ist/rls)
Buleleng | barometerbali – Untuk mengenang dan memperingati 154 tahun peristiwa bersejarah Perang Banjar, Geriya Gede Desa Banjar kembali mengadakan sejumlah acara. Kegiatan untuk memaknai heroisme (jiwa kepahlawanan, red) para leluhur geriya ini mulai dari fragmen Perang Banjar, kirab pusaka hingga ngewangsuh (menyucikan, red) pusaka yang digunakan dalam perang melawan Kolonial Belanda tahun 1868 yang lalu. Acara puncaknya digelar di Griya Gede Banjar, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Selasa, (20/9/2022) malam.
Ida Bagus Wika Krishna yang merupakan generasi kelima dari Pemimpin Perang Banjar yakni Ida Made Rai mengatakan hampir dua tahun peringatan perang Banjar tidak dilaksanakan lantaran terkendala pandemi Covid-19. Namun setelah kondisi mulai berangsur-angsur pulih, maka para Pasemetonan (keluarga besar, red) Geriya Gede Banjar bersama para warih (keturunan, red) yang terlibat dalam perang Banjar sepakat kembali memperingati peristiwa heroik yang terkenal dengan spirit ‘Sura Magada’ ini.
“Persiapannya sudah mulai dilakukan sejak Senin, (19/9/2022) pagi. Dan pada senin malam dilaksanakan malam renungan dalam peringatan Perang Banjar,” jelasnya.
“Pada Selasa, 20 September 2022 peringatan Perang Banjar ke-154 diperingati. Pada peringatan kali ini ada beberapa kegiatan tambahan yaitu kirab pusaka perang banjar yang dilaksanakan dari Pura Melanting ke Geriya Gede Banjar,” kata pria yang juga Wakil Ketua III STAHN Mpu Kuturan Singaraja ini.
Iapun menyebut pusaka suci itu, akan disambut oleh pementasan pencak silat dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Silat Mpu Kuturan Singaraja dan Tarian Baris Gede.
“Dalam peringatan kali ini, kami dari Geriya Gede Banjar mengundang Penjabat Bupati Buleleng untuk menghadiri acaranya. Salah satu acaranya adalah Fragmen Tari Perang Banjar oleh anak-anak TK Negeri Banjar,” terang Gus Wika yang juga didampingi warih dari pemimpin Perang Banjar Ida Made Rai, Ida Bagus Anom Putra.
“Jadi di tahun ini anak-anak usia dini akan dilibatkan dalam peringatan Perang Banjar. Mengapa? Karena bagi kami sangat penting untuk mewariskan nilai-nilai perang Banjar untuk anak usia dini. Dalam konteks bagaimana menjaga tanah kelahiran,” imbuhnya.
Dijelaskan juga, bahwa seperti peringatan sebelumnya, proses tahun ini tetap dilakukan dengan ritual ngewangsuh pusaka. Seluruh pusaka yang pernah digunakan dalam perlawanan melawan penjajah saat Perang Banjar akan dihadirkan.
Pusaka ini menurutnya menjadi simbolik bagaimana nilai-nilai kepahlawanan dan juga keberanian leluhur yang berjuang melawan kolonialisme diharapkan memberikan vibrasi positif dalam menjaga bangsa dan negara.
Selain melibatkan masyarakat Desa Banjar, dalam peringatan kali ini juga melibatkan sejumlah masyarakat dari Desa Cempaga, Sidatapa, Kayu Putih hingga Patemon.
“Menariknya di daerah Patemon ini kami akan menghadirkan keturunan Warih I Dade yang baru saja kita bertemu,” ucapnya menambahkan.
Peringatannya dipusatkan di Geriya Gede Banjar. Mengingat Secara historis, Geriya Gede Banjar yang menjalankan konsep Raja Rsi pada masa itu erat kaitannya dengan pemimpin Perang Banjar Ida Made Rai.
“Bagaimana Geriya Gede Banjar secara sosiokultural di era modern penting mengambil peran untuk ikut serta dan berperan aktif menjaga spirit ‘Sura Magadha’ untuk bisa digaungkan diwariskan kepada generasi selanjutnya,” pungkas Gus Wika. (BB/501/rls)