Aliansi Bali Jengah Demo, Tokoh Adat Berikan Tanggapan
Denpasar | barometerbali – Demo penolakan kenaikan harga BBM dan isu krusial lainnya kembali digelar aliansi Bali Jengah “jilid 3”. Kali ini aksi unjuk rasa melibatkan kurang lebih 100 peserta, berlangsung di depan kantor DPRD Bali di kawasan Renon Denpasar, Senin sore (26/9/2022)
Dengan mengenakan pakaian adat Bali berwarna hitam, aksi massa di mulai pukul 15.30 Wita dari parkir timur lapangan Niti Mandala Renon selanjutnya menggelar long march menuju depan Kantor DPRD Provinsi Bali sambil meneriakkan yel-yel.
Saat lakukan orasi di depan pintu gerbang masuk Kantor DPRD Bali peserta aksi sempat melaksanakan aksi bakar ban dan teatrikal. Namun tak satupun anggota dewan yang menemui mereka.
Di sela-sela aksi unjuk rasa, Koordinator Aksi Aliansi Bali Jengah, Julian Anggi Rumahorbo kepada wartawan menjelaskan selain isu BBM sendiri, masih ada isu lainnya yang sangat merugikan rakyat seperti pasal-pasal RKUHP yang berpotensi mengekang kebebasan berpendapat, pemangkasan upah buruh dan UU Cipta Kerja, pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di Papua, dan masih banyak lagi,” ungkapnya.
Massa aksi juga menolak kebijakan ekonomi yang dianggap lebih memihak kepada investor daripada mempertimbangkan hak rakyat pada perhelatan KTT G20 mendatang.
Dalam kesempatan itu para demonstran Aliansi Bali Jengah juga mengancam akan melakukan aksi kembali dan membawa lebih banyak massa aksi, jika aspirasi mereka tidak didengar.
Terkait hal itu, sejumlah tokoh adat di Kota Denpasar menanggapi aksi demo yang di lakukan Aliansi Bali jengah salah satunya Ketua Pacalang Tanjung Bungkak, Denpasar Timur, I Ketut Suwitra dirinya mengatakan tidak melarang adanya aksi unjuk rasa asalkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
“Unjuk rasa yang digelar dengan berpakaian adat Bali sangat mencerminkan Budaya Bali tetapi hendaknya narasi dan orasi yang disampaikan tidak menghujat, menghina, berkata kasar dan membakar ban yang bertentangan dengan dresta adat budaya Bali,” ucapnya.
Sementara itu Bandesa Adat Tanjung Bungkak Desa Sumerta Klod I Wayan Suja mengharapkan para peserta aksi menyampaikan aspirasi dengan humanis, tidak menghujat dengan kata-kata tidak pantas terlebih saat saat mengenakan pakaian adat Bali yang bertentangan dengan Budaya Bali.
“Mohon di dalam menyampaikan aspirasi dilakukan dengan cara yang lebih humanis,” imbaunya.
Dalam pengamanan aksi demo kali ini Polresta Denpasar menerjunkan personel gabungan sejumlah 260 terdiri dari TNI-Polri yang dibantu Satpol PP serta Pacalang Desa Adat Tanjung Bungkak dan Sanur. (BB/501)