Tuesday, 10-09-2024
Peristiwa

Peringati World Rabies Day 2022, FK Unud Gelar Seminar Nasional

Ket foto: Para narasumber memaparkan makalah yang diselingi sesi tanya jawab dengan peserta seminar World Rabies Day 2022 di Auditorium Dr. AA Made Jelantik, lantai IV FK Unud, Kampus Sudirman, Denpasar, Jumat (30/9/2022). (db)

Denpasar | barometerbali – Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama meminta agar ada peran nyata sivitas akademika dalam pengendalian rabies di Bali, apalagi menjelang KTT G20 mendatang. Hingga saat ini di tahun 2022 sudah 12 orang meninggal akibat rabies di Bali, padahal tahun yang lalu hanya 1 orang yang meninggal.

Demikian ungkapnya ketika menampilkan makalah dengan topik “Yok kenali One Health” dalam Seminar World Rabies Day 2022 serangkaian Dies Natalis ke-60 Universitas Udayana (Unud) di Gedung Fakultas Kedokteran Universitas Udayana (FK Unud), Kampus Sudirman Denpasar, Jumat (30/9/2022).

Tak lupa pula, seminar ini digelar sehubungan tanggal 28 September 2022 adalah Hari Rabies Sedunia (World Rabies Day). Tanggal tersebut merupakan hari wafatnya Louis Pasteur pada 28 September 1895.

Foto bersama para narasumber dan peserta Seminar World Rabies Day 2022 (ist)

Nampak hadir dalam seminar itu, mahasiswa  berbagai perguruan tinggi di Bali, Majelis Desa Adat (MDA) Provinsi Bali yang mencakup lebih dari 1.400 desa adat di Bali. Kadek Puja Astawa (Hai Puja) selaku content creator, pihak swasta dan pelaku pariwisata.

“Ini salah satu bentuk konkrit nyata bahwa penanggulangan Rabies dan juga One Health memang perlu melibatkan berbagai sektor terkait. Kita ketahui bahwa Bali memang selama ini punya reputasi amat baik dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakatnya,” jelas Prof Tjandra yang juga Guru Besar FKUI ini.

Sebagai usulan konkrit ia berharap agar mahasiswa di Bali membentuk kelompok One Health antarmahasiswa kesehatan.

“Mulai dari mahasiswa kesehatan hewan, pertanian dan lingkungan, untuk melakukan kegiatan nyata di lapangan dengan penyebaran informasi melalui berbagai platform media baik lewat tiktok, instagram story dan berbagai media sosial lainnya,” tandas Guru Besar FKUI, Mantan Direktur Penyakit Menular ini.

Para peserta seminar nampak antusias menyimak pemaparan para narasumber (db)

Kadek Puja Astawa, selaku Content Creator/komedian, membawakan tema tentang peran akademisi terhadap perkembangan rabies di Bali.

Ia menuturkan bahwa harus ada kesadaran dalam menjaga Bali secara utuh dalam menyiarkan kondisi rabies di Bali. Selain itu melakukan edukasi kepada masyarakat untuk mengawasi bersama-sama juga tidak kalah pentingnya.

“Saya bingung juga kalau membuat konten tentang rabies. Makanya saya ingin menggali lebih banyak pengetahuan untuk memahami ini, agar tidak jadi salah persepsi di masyarakat,” kata Puja yang lebih dikenal dengan panggilan Hai Puja.

“Di desa-desa itu kadang populasi perkembangan anjing tidak terkontrol bisa tiba-tiba sudah punya anak banyak. Kapan buatnya saya tidak tahu,” cetusnya membuat hadirin tertawa.

“Tetangga ini punya anjing 3 ekor, saya yang tiap pagi siramin kencing kotorannya. Ada bule juga yang monyet di atasnya saya yang takut lihat videonya, takut dicakar,” imbuhnya.

Narasumber lainnya Cipto Adi Gunawan selaku kelompok Ahli Gubernur Bidang Pariwisata juga menyebutkan bahwa pentingnya menjaga iklim pariwisata ini kondusif sebagai tanggung jawab bersama.

“Mengabarkan hal yang baik dalam medsos itu juga penting, agar iklim pariwisata dapat tetap bertumbuh. Jangan digoreng-goreng,” pesan Cipto.

Sedangkan narasumber lain Dr. dr. Ni Nyoman Sri Budayanti, Sp.MK., selaku Koordinator Pusat Kajian One Health Universitas Udayana (Udayana OHCC), mengambil topik ‘Bagaimana Menangani Rabies Kita?’

Dr. dr. Ni Nyoman Sri Budayanti, Sp.MK. (db)

Ditemuai usai seminar kepada wartawan ia menegaskan sikap awareness (kewaspadaan) itu sangat penting dalam mencegah atau mengawasi kondisi di masyarakat terkait ciri-ciri hewan, menjaga peliharaannya dari tanda-tanda rabies bahkan sampai peduli memberikan vaksinasi kepada hewan kesayangan mereka.

“Akademisi memiliki banyak mahasiswa, anak-anak muda sekarang bisa menggunakan konten-konten medsos untuk mempublikasikan hal itu,” usulnya.

Untuk tingkat rabies yang tinggi dirinya juga menyebutkan sudah melakukan tindakan pilot project di wilayah Buleleng dan Jembrana yang memiliki tingkat rabies yang tinggi.

Terkait perawatan pertama untuk korban gigitan rabies dr. Nyoman Sri mengatakan harus segera melakukan perawatan luka dengan minimal menggunakan air mengalir dan sabun, lalu segera ke Rabies Center.

Untuk melihat ciri-ciri anjing rabies dijelaskan, bahwa anjing memiliki insting menggigit bukan dirangsang atau diganggu melainkan spontan tanpa sebab.

“Namanya anjing gila, kita datang tiba-tiba lalu menggigit. Dan kebiasaan di sekitarnya yang terjadi 6-8 orang dia gigit itu salah satu. Tapi untuk memastikan rabies atau tidak perlu pemeriksaan lebih lanjut,” tutup dr. Sri. (BB/501)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button