Polsek Mengwi Amankan Perang Tipat Bantal di Kapal
Ket foto: Pengaturan arus lalu-lintas oleh personel Polsek Mengwi dan Polres Badung demi kelancaran prosesi tradisi Perang Tipat Bantal di depan Pura Desa Adat Kapal, Kec. Mengwi, Badung, Senin (10/10/2022) sore. (mgw/res/bdg)
Kapal | barometerbali – Masyarakat Desa Adat Kapal, Kelurahan Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, setiap Purnama Kapat (setahun sekali-red) menggelar tradisi Perang Tipat Bantal di depan Pura Desa lan Puseh Desa Adat Kapal, Senin (10/10/22) pukul 15.00 wita
Tradisi ini disebutkan sudah berlangsung secara turun temurun sejak tahun 1339 silam. Selain untuk melestarikan budaya, tradisi ini juga sebagai bentuk permohonan keselamatan dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Desa Adat Kapal.
Kapolsek Mengwi Kompol Nyoman Darsana saat dikonfirmasi mengatakan dalam kegiatan ini pihaknya dibantu personel Polres Badung dan instansi terkait untuk melakukan pengamanan rangkaian acara yang dimulai dari halaman (jaba jero) pura tersebut.
“Kegiatan perang tipat bantal ini digelar di depan Pura Desa lan Puseh Desa Adat Kapal dengan menggunakan badan jalan raya (jalan utama jurusan Denpasar-Gilimanuk) selama proses kegiatan berlangsung seluruh kendaraan yang melintas diberhentikan sejenak,” ucapnya.
Selain mengamankan dan melancarkan kegiatan tradisi perang tipat bantal, pihaknya juga melakukan pengalihan arus lalu-lintas untuk menghindari terjadinya kemacetan.
“Kendaraan kecil seperti sepeda motor dan roda empat dialihkan melalui jalan alternatif yang telah ditentukan, namun untuk kendaraan besar seperti bus dan tronton dihentikan sejenak selama kegiatan berlangsung,” pungkas Kapolsek Darsana.
Sejarah Ritual Siat Tipat Bantal
Dihimpun dari berbagai sumber, tradisi perang tipat atau dalam Bahasa Bali disebut Siat Tipat Bantal merupakan bagian dari prosesi ritual keagamaan yang diselenggarakan secara turun temurun yang diperkirakan mulai dilakukan sejak tahun 1339 dan tetap digelar setiap tahun berdasarkan bulan kalender Bali (sasih) bertepatan dengan jatuhnya Purnama Kapat (sekitar bulan Oktober – November).
Tradisi Perang Tipat dilaksanakan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) atas berkahNya berupa kesejahteraan, keberhasilan panen, tercapainya pengairan pertanian, terhindarnya dari bencana dan lain-lain. Tradisi ini juga disebut “Aci Rah Pengangon” oleh masyarakat setempat.
Ritual yang berlangsung di Pura Desa Adat Kapal ini diawali dengan upacara persembahyangan bersama yang dilakukan oleh seluruh warga desa. Pada upacara ini pemangku desa adat akan memercikan air suci untuk memohon keselamatan seluruh warga dan juga para peserta yang akan melakukan perang Tipat Bantal.
Para peserta perang Tipat Bantal yang pria perlahan akan melepas baju dan telanjang dada lalu mereka akan membuat dua kelompok dan berdiri saling berhadapan, lalu laki dan perempuan (berpakaian kebaya adat Bali) di depan mereka telah tersedia tipat (ketupat) dan juga bantal (jajanan khas Bali). Setelah itu ketika aba-aba telah dimulai para peserta perang Tipat Bantal mulai melemparkan tipat dan bantal itu pada kelompok yang ada di depan mereka, suasana hiruk-pikuk itu pun mulai terasa ketika tipat dan bantal mulai beterbangan di udara. Lalu jika dirasa sudah cukup, perang Tipat Bantal dihentikan sementara lalu perang Tipat Bantal dilanjut di jalan raya yang tak lain di depan Pura.
Tipat merupakan lambang feminim dan bantal merupakan lambang maskulin. Maka dari itu perang Tipat Bantal ini bermakna bahwa pertemuan antara tipat dan bantal ini merupakan pertemuan antara laki-laki dan perempuan ketika bertemu akan melahirkan kehidupan. (BB/501)