Friday, 29-03-2024
Pendidikan

Prodi Arkeologi FIB Unud Gelar Kuliah Umum Tata Kelola Kawasan ‘’Heritage’’

Ket foto: Pemaparan materi kuliah umum oleh Dr. Naori Miyazawa yang dihadiri oleh para dosen dan mahasiswa Program Studi Arkeologi. (fib/unud)

Denpasar | barometerbali – Program Studi Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana melaksanakan kuliah umum Tata Kelola Kawasan Heritage: Studi Kasus Perbandingan Kawasan Heritage Asia Tenggara dengan Jepang secara luring bertempat di Ruang Dr. Ir. Soekarno, Gedung Poerbatjaraka, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana, Denpasar, Kamis, 6 Oktober 2022.

Kuliah umum ini menghadirkan Dr. Naori Miyazawa dari Waseda University Jepang dan dipandu oleh Dr. Drs. I Nyoman Wardi, M.Si sebagai moderator. Turut hadir pula dalam acara ini Ketua TPPM Prodi Arkeologi, Zuraidah, S.S., M.Si., para dosen dan mahasiswa Program Studi Arkeologi, serta tamu undangan lainnya.

Acara dibuka dengan sambutan dari Ketua TPPM Prodi Arkeologi, Zuraida, S.S., M.Si sebagai perwakilan dari Koordinator Program Studi Arkeologi. Dalam sambutannya, ia mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada Dr. Naori Miyazawa karena berkenan hadir dan menjadi pembicara dalam kuliah umum kali ini.

“Kami berharap acara ini dapat memberi manfaat kepada para mahasiswa dan memberi pengalaman juga mengenai tata kelola kawasan heritage,” harapnya.

Dr. Naori Miyazawa mengawali pemaparannya tentang collaboration research yang dilakukannya dengan Universitas Udayana mengenai subak sebagai warisan budaya oleh Unesco. Ia mengamati gamelan sebagai warisan budaya dan juga desa adat dan sekarang sedang melaksanakan penelitian mengenai marketing management di subak.

“Menurut hasil penelitian, luas subak sekarang cenderung menurun hingga 7% dan itu dipengaruhi oleh penghasilan padi yang menurun hingga para petani harus menjual lahan milik mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Tujuan dari marketing management adalah untuk meningkatkan taraf hidup para petani dan mempertahankan lahan yang dimiliki oleh para petani,” paparnya.

Ia juga mengajak semua orang untuk kembali mengkonsumsi nasi dari beras organik dan membantu para petani dalam pemasaran produk yang lebih luas dengan menyasar pasar di Jepang dan juga dengan kemasan yang lebih inovatif.  

Lebih lanjut Dr. Naori mengungkapkan juga bahwa di Jepang terdapat bank sawah atau field bank yang ada sejak tahun 1982 dan terdapat di lebih dari 80 tempat di Jepang. Warga yang tinggal di kota mau membayar pada petani untuk beras yang mereka hasilkan di pedesaan dan orang di pedesaan akan mengirimkan beras ke kota tersebut. Dengan demikian, kedua pihak sama-sama diuntungkan. Kadang-kadang warga yang tinggal di kota juga ikut berpartisipasi menanam padi sekaligus tukar-menukar pengalaman sehingga mereka dapat belajar tata cara menanam padi, merawat padi, maupun memanen padi.

“Banyak keuntungan yang didapat dari bank sawah di antaranya adalah melestarikan kawasan sawah, meningkatkan dan membantu usia petani lebih sehat, memotivasi kaum muda dalam kegiatan farming atau menanam padi, dan meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat di pedesaan,” tuturnya.

Naori juga turut memaparkan mengenai organisasi-organisasi yang bergerak dalam bidang pelestarian kawasan heritage, contoh kasus yang terjadi di Jepang, serta upaya yang dilakukan untuk melestarikan kawasan heritage dan membuat kawasan tersebut menjadi kawasan yang lebih makmur dan dapat menjadi suatu kekayaan lokal bagi penduduk.

“Kawasan heritage dapat dilindungi dan dipertahankan kepemilikannya, khususnya daerah Badung karena itu dapat memberi kebermanfaatan nantinya baik dalam bidang ekonomi maupun kebudayaan,” tandas Dr. Naori. (BB/501)

Sumber: http://unud.ac.id

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button