Ngaben Perdana, Krematorium Bahagia Ringankan Beban Umat
Prosesi Ngaben perdana di Krematorium Bahagia, di Banjar Dangin Pangkung, Pekutatan, Jembrana, Kamis (26/1/2023). Foto: hms/jbr/wsw
Jembrana | barometerbali – Setelah diresmikan Desember 2022 lalu, akhirnya Krematorium Bahagia di Banjar Dangin Pangkung, Desa Adat Pekutatan, Jembrana mulai dimanfaatkan. Keberadaan krematorium dinilai termurah di Bali, pasalnya dengan biaya termurah hanya Rp13 juta untuk kremasi mulai dari nyiramang hingga nganyut dinilai meringankan beban umat. Utamanya saat menyelesaikan karya Pitra Yadnya .
Dalam pengabenan perdana tersebut turut dihadiri Bupati I Nengah Tamba yang menyaksikan prosesi hingga selesai untuk memastikan segala prosesnya berjalan sesuai dan lancar, Kamis, (26/1/2023).
Kali pertama dimanfaatkannya bangunan Krematorium Bahagia senilai Rp8,7 miliar itu diungkapkannya tidak lepas dari uluran tangan Gubernur Bali Wayan Koster dalam menyelesaikan masalah masyarakat Bali khususnya di Kabupaten Jembrana, hal tersebut disampaikan Bupati Tamba saat ditemui usai acara pengabenan (kremasi).
“Saya Bupati Jembrana mengucapkan terima kasih kepada Gubernur Bali, ini semua atas kemurahan hati beliau membantu kita Kabupaten Jembrana dalam rangka menyiapkan solusi dari masalah masalah yang terjadi dari semeton atau umat yang ada di Kabupaten Jembrana. Salah satu solusinya adalah krematorium yang sudah berdiri bagus di Desa Adat Pekutatan ini. Jadi hari ini adalah hari pertama dimanfaatkan,” ucapnya.
Bupati Tamba mengatakan proses kremasi di Krematorium Bahagia itu hanya membutuhkan waktu 2 jam dari proses pemandian jenazah (nyiramang layon) sampai pembakaran atau kremasi. Dengan adanya Krematorium itu diharapkan dapat meringankan beban keluarga duka dalam pelaksanaan Pitra Yadnya.
“Hari pertama ini kita liat proses dan waktu yang dibutuhkan dalam satu sang lampus (orang meninggal) itu cuman butuh waktu 2 jam. Semoga ini bermanfaat bagi umat,” imbuh Tamba.
Selain itu, kepada penanggung jawab krematorium Bupati Tamba menekankan Krematorium Bahagia tersebut bukan tempat untuk mencari untung, namun untuk membantu beban masyarakat dalam melaksanakan Pitra Yadnya.
“Kepada Jro Bandesa di sini sebagai penanggung jawab, di struktural juga ada Kepala Desa ada juga Pak Camat agar menjaga kelanggengan dan manajemen yang ada di sini. Ini bukan tempat untuk mencari untung, bukan bisnis. Ini fungsinya membantu warga yang tidak mampu atau warga yang lagi kedukaan. Di sinilah tempat orang duka kita bantu, simpel tapi manut ring pemargin napi polah palih ring adat sane memargi (sesuai dengan tata cara di desa adat yang sudah berlaku),” pungkas Bupati Tamba.
Di lain sisi, Bandesa Adat Pekutatan I Made Ariasa mengatakan biaya proses kremasi di Krematorium Bahagia sangat meringankan beban krama (warga adat) dengan biaya terjangkau.
“Untuk paket termurah saat ini di Krematorium Bahagia ini senilai 13 juta sampai nganyut sudah termasuk upakara dan angklung, dengan upacara pengabenan Swasta Geni,” terang Made Ariasa.
Sementara itu, pihak keluarga duka I Wayan Suatra, mengaku bersyukur dengan keberadaan Krematorium Bahagia di Pekutatan.
“Pelaksanaan prosesi pengabenan ini sangat luar biasa bagus sekali, titiang (saya) juga melihat upakaranya bagus sekali, sudah sesuai prosedur pengabenan dan tidak mengurangi arti itu sendiri. Terlebih biayanya itu sendiri hanya 13 juta. Dibandingkan dengan krematorium lain di sini sangat murah sekali, sangat terjangkau oleh masyarakat. Saya sebagai keluarga duka merasa sangat terbantu sekali,” tandas Suatra. (BB/501).