Embat Rp1,7 Miliar, Satreskrim Polres Jembrana Ringkus Penipu Transaksi Elektronik
Pelaku dikejar sampai Sumatra Selatan
Kapolres Jembrana AKBP I Dewa Gde Juliana mengungkap kasus penipuan melalui transaksi elektronik (kiri) dan pelaku EJS (kanan) saat konferensi pers dengan awak media di depan aula Polres Jembrana, Minggu (5/2/2023) pukul 14.15 Wita. (Kolase: Hms Res Jembrana/Ast)
Jembrana | barometerbali – Polres Jembrana berhasil mengungkap kasus tindak pidana penipuan melalui transaksi elektronik dengan modus mengirimkan OTP (one time password) yang telah merugikan korbannya hingga Rp1,7 miliar. Kapolres Jembrana AKBP I Dewa Gde Juliana menyampaikan hal itu saat konferensi pers dengan awak media di depan aula Polres Jembrana, Minggu (5/2/2023) pukul 14.15 Wita.
Kapolres menjelaskan kasus ini terungkap berdasarkan Laporan Polisi Nomor: LP/B/67/III/2022/SPKT/Polres Jembrana/Polda Bali, tanggal 7 Maret 2022, yang mana pada hari Minggu tanggal 2 Januari 2022 sekira pukul 11.26 Wita bertempat di rumah korban di Jalan Salya, Kelurahan Banjar Tengah, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana terjadi penipuan melalui transaksi elektronik yang dilaporkan langsung oleh korban.
“Kronologis kejadian, korban mendapat chat via WhatsApp dari nomor yg tidak dikenal dengan isi chat, ‘minta waktunya‘. Kemudian nomor WhatsApp tersebut menelpon korban dan menyampaikan kepada korban kalau korban mendapatkan hadiah undian dari salah satu bank. Untuk dapat mengambil hadiah tersebut pelaku meminta korban mengirimkan kode OTP (one time password) yang sudah diterima oleh korban ke HP pelaku dan kemudian oleh korban kode OTP tersebut dikirim ke pelaku,” papar Kapolres Juliana didampingi Kasat Reskrim Polres Jembrana Androyuan Elim dan Kasi Humas Polres Jembrana Iptu I Made Astawa Astiawan.
Lebih lanjut dituturkan, setelah korban mengirim kode OTP kemudian korban mendapat notifikasi pemberitahuan ada dana keluar sebesar Rp.499.999.999 ke rekening atas nama RA dan kemudian ada lagi dana keluar sebesar Rp299.000.000 ke Briva atas nama DS.
Setelah korban mengetahui ada dana keluar dengan jumlah tersebut, kemudian korban menghubungi nomor WhatsApp tersebut namun sudah tidak aktif.
“Atas kejadian tersebut korban mengalami kerugian sebesar Rp798.999.999 dan melaporkan kejadian tersebut ke pihak kepolisian. Kemudian setelah dilakukan penyelidikan oleh Satuan Reskrim Polres Jembrana dan berhasil melakukan penangkapan terhadap tersangka dengan inisial EJS di rumah mertuanya di Desa Tanjung Kodok, Kecamatan Tulung Selapan, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatra Selatan,” bebernya.
Saat ditangkap dan dimintai keterangan tersangka menerangkan bahwa memang benar tersangka pernah menghubungi korban sekira tanggal 2 januari 2022, dan untuk melancarkan aksinya, tersangka bekerja dari dalam hutan dekat rumahnya di Desa Lebung Gajah, Kec. Tulung Selapan, Kabupaten OKI. Pelaku menggunakan 3 unit HP, di mana barang bukti tersebut semuanya ditaruh didalam pondok yang ada di hutan tersebut.
“Selanjutnya dalam melakukan perbuatan tersebut pelaku dibantu oleh 3 orang temannya dan tersangka bertindak sebagai penembak atau yang menghubungi korban sekaligus sebagai ketua dari kelompok tersebut. Sedangkan 3 orang temannya bertindak sebagai pengacak atau pencari username dan password serta penarik atau penjual saldo,” jelasnya.
“Tersangka melakukan perbuatan penipuan secara online dari tahun 2019 sampai sekarang. Selama pelaku melakukan kejahatan tersebut dari tahun 2019 sampai sekarang sudah mendapatkan keuntungan kurang lebih sebesar Rp1.700.000.000 (satu miliar tujuh ratus juta rupiah). Selanjutnya uang dari hasil kejahatan tersebut pelaku gunakan untuk biaya hidup dan membeli satu unit mobil Pajero,” ungkap Kapolres Juliana.
Barang Bukti yang diamankan berupa,1 (satu) unit mobil Mitshubishi Pajero Sport Dakkar warna putih mutiara, tahun 2022, nomor polisi: BG-1039-UK, Nosin: 4N15UJD8196, Noka: MK2KRWPNUNJ006067, STNK dan beberapa barang bukti lainnya yang berkaitan dengan kasus ini.
Terhadap tersangka dipersangkakan telah melanggar, pasal 3 UURI Nomor 8 Tahun 2010 tentang pencegahan dan pembrantasan tindak pidana pencucian uang dan/atau pasal 46 ayat (3) Yo pasal 30 ayat (3) UURI Nomor 11 Tahun 2008 yang telah diubah dengan UURI Nomor 19 Tahun 2016 tentang informasi dan transaksi elektronik dan pasal 51 ayat (2) Yo pasal 36 UURI Nomor 11 Tahun 2008 yang telah diubah dengan UURI Nomor 19 Tahun 2016 tentang informasi dan transaksi elektronik dan/atau pasal 378 KUHP.
“Dengan ancaman hukuman, untuk pasal 3 UURI Nomor 8 Tahun 2010 tentang pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dipidana dengan pidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling tinggi Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah),” tandasnya.
Sementara pasal 46 ayat (3) yo pasal 30 ayat (3) UURI Nomor 11 Tahun 2008 yang telah diubah dengan UURI Nomor 19 Tahun 2016 tentang informasi dan transaksi elektronik tentang informasi dan transaksi elektronik dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan atau denda paling banyak Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).
“Pasal 51 ayat (2) yo pasal 36 UURI Nomor 11 Tahun 2008 yang telah diubah dengan UURI Nomor 19 Tahun 2016 dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun dan atau denda paling banyak Rp12.000.000.000,00 (dua belas miliar rupiah) dan Pasal 378 KUHP dengan pidana penjara 4 tahun,” pungkas Kapolres Juliana. (BB/501)