Wong Kaja dan Wong Kelod Siat Sambuk Api di Pohgending
Siat Sambuk juga dipercayai sebagai penolak bala dan menetralisir hal-hal negatif pada lingkungan Banjar Pohgending, Desa Pitra, Kecamatan Penebel, Tabanan, pada saat Hari Pangrupukan, sehari sebelum Hari Suci Nyepi Içaka Warsa 1945, Selasa (21/3/2023). (Tangkapan layar video: Made Nuarta)
Tabanan | barometerbali – Sehari sebelum Hari Suci Nyepi Içaka Warsa 1945 Tahun 2023, yaitu tepatnya pada Hari Pangrupukan sebelum matahari tenggelam (sandekala), digelar tradisi Siat Sambuk (Perang serabut kelapa dengan bara apinya-red) di Banjar Pohgending, Desa Pitra, Kecamatan Penebel, Tabanan, Selasa (21/3/2023).
Dikutip dari laman resmi https://infowisata.tabanankab.go.id
sejak tahun 1995, ritual Siat Sambuk menerapkan strategi perang modern. Dalam Tradisi Siat Sambuk ini, ada pasukan ‘serbu’ yang tugasnya khusus melempar lawan dan ada pula pasukan ‘logistik’ yang tugasnya membawa sambuk membara untuk dijadikan senjata oleh pasukan ‘serbu’.
Pasukan Siat Sambuk biasanya dibagi 2 (dua) yaitu Wong Kaja (kelompok utara) maupun Wong Kelod (kelompok selatan). Kedua kelompok ini sama-sama telah menyiapkan amunisi berupa tumpukan sambuk berisi bara api. Muda-mudi akan saling melempar sambuk yang sebelumnya sudah dibakar diiringi dengan gambelan baleganjur yang semakin membakar semangat. Uniknya, tak ada yang pernah terluka ataupun terbakar dalam ritual tersebut.
Selain untuk meneruskan tradisi dari leluhur, Siat Sambuk juga dipercayai sebagai penolak bala dan menetralisir hal-hal negatif pada lingkungan desa. Setelah tradisi Siat Sambuk selesai, semua pasukan berkumpul di pertigaan desa dan bersama-sama nunas tirta, kemudian saling bersalaman, saling merangkul, seolah tidak ada perang yang baru saja usai dilakukan. (BB/501)