Tiga Negara “Kasi Jempol” Mesin CTBL dan Pengelolaan Sampah di TOSS Center Klungkung
Bupati Klungkung Nyoman Suwirta menerima kunjungan Direktur Hubungan Internasional Environmental Protection Agency Amerika Serikat Mark S. Kasman, Direktur Jenderal Pengelolaan Limbah, Sampah, dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI dan rombongan di TOSS (Tempat Olah Sampah Setempat) Center di Desa Kusamba Klungkung, Kamis (6/3/2023). (BB/J2PS/MR)
Klungkung | barometerbali – Setelah Kamboja dan Kongo, kali ini Pemerintah Amerika Serikat (AS) melalui Direktur Hubungan Internasional Environmental Protection Agency Amerika Serikat Mark S. Kasman dan rombongan melakukan kunjungan studi banding dan mengagumi mesin olah sampah residu buatan PT Cahaya Terang Bumi Lestari (CTBL) dan tata kelola penanganan sampah di TOSS (Tempat Olah Sampah Setempat) Center di Desa Kusamba Klungkung, Kamis (6/3/2023).
Kunjungan Mark S. Kasman didampingi Rosa Vivien Ratnawati, SH., M.Sc. selaku Direktur Jenderal Pengelolaan Limbah, Sampah, dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI.
Rombongan ditemui langsung Bupati Klungkung Nyoman Suwirta dan Komang Agus Sedana selaku Kepala Bidang pengolahan Sampah, Limbah B3 dan Pelestarian Lingkungan Hidup DLHP Klungkung. Hadir pula Ketua Asosiasi Pengusaha Sampah Seluruh Indonesia (APSI) Bali, NTB dan NTT, Putu Ivan Yunatana yang juga Direktur Utama PT Cahaya Terang Bumi Lestari (CTBL) dan Direktur Bali Waste Cycle (BWC) Olivia Anastasia Padang bersama staf dan Ketua Jaringan Jurnalis Peduli Sampah (J2PS) Agustinus Apollonaris K Daton didampingi Sekretaris Muhammad Ridwan, I Gusti Ngurah Dibia dan Kasturi selaku pengurus.
Bupati Suwirta, sebelum mengajak tamu dari Amerika Serikat (AS) ini terlebih dulu memaparkan latar belakang, konstruksi dan skema inovasi penanganan sampah di TOSS Center, kepada tamu dari negara maju ini.
“Intinya sejak awal upaya kami mengedukasi masyarakat agar memilah sampah dari sumber agar sebelum dibawa ke TOSS center ini sampah rumah tangga sudah berkurang,” ungkap Suwirta.
Kemudian ketika sampah sudah di TOSS Center maka dipilah lagi dan dicacah sesuai spesifikasi jenis sampah. Hasilnya, yg sampah organik diproses menjadi humus/pupuk alias tanah subur. Sementara yang non organik di daur ulang. Seperti botol plastik, kertas dan lainnya.
“Nah, pupuk organik atau kompos tanah subur yang kami produksi kami bagikan secara gratis kepada masyarakat untuk mendukung pertanian,” jelas Suwirta.
Bukan hanya itu, guna mengatasi problem sampah residu, pihaknya bekerja sama menggandeng pihak ketiga yakni PT CTBL dengan hadirnya mesin pengolah sampah karya anak bangsa yang sudah beroperasi dua bulan terakhir.
“Sampah residu disini kami olah menjadi RDF (refuse derived fuel) yang produknya menjadi bahan bakar pendamping batu bara di sejumlah industri besar,” sebut Suwirta.
Dengan pola ini, pihaknya mampu mengurangi sampah dibuang ke TPA hingga 80 persen. Artinya yang dibuang ke TPA hanya 20 persen untuk dimusnahkan atau dibakar.
Suwirta menambahkan bahwa Pemkab Klungkung di tahun anggaran 2023 ini telah menganggarkan kurang lebih Rp5 miliar untuk penataan infrastruktur di TOSS Center menjadi lebih bersih dan tertata sebagai fasilitas publik.
Sementara Rosa Vivien Ratnawati, SH., M.Sc. selaku Direktur Jenderal Pengelolaan Limbah, Sampah, dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, disela-sela kunjungan menjelaskan pemerintah Amerika Serikat telah melakukan MoU dengan Kementerian LHK terkait kerja sama pengelolaan residu.
“Kami ajak Pak Direktur Mark S. Kasman dan rombongan ke TOSS Center ini untuk melihat inovasi dan keberhasilan Pemkab Klungkung yang kita amati bekerja keras untuk mengurangi sampah dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) ini poinnya,” ungkap Vivien.
Vivien mengatakan telah menyampaikan kepada dunia bahwa Indonesia juga bisa mengelola sampah dengan baik.
“Pemerintah Amerika Serikat senang dan sangat respons, terutama karena nilai circular economy dimana sampah yang diolah Kembali bermanfaat menjadi bahan baku daur ulang, bahkan residu dikelola dengan baik,” ungkap Vivien.
Terutama pula tambah dia, pemerintah Amerika Serikat mengaku kagum karena inovasi dan teknologi yang diterapkan di TOSS Center mampu mengurangi sampah dibuang ke TPA hingga 80 persen. Karena itu, Kementerian LHK kata Vivien akan memberikan apresiasi bantuan mesin pencacah sampah untuk mendukung penanganan sampah di TOSS Center.
Sementara itu, Ketua Jaringan Jurnalis Peduli Sampah (J2PS) Agustinus Apollonaris K Daton, menegaskan, bahwa semakin luasnya perhatian dunia yang mengunjungi TOSS Center menahbiskan bahwa pengaruh media sangat efektif mempengaruhi opini publik.
“Kunjungan Amerika Serikat ke TOSS Center ini menegaskan bahwa media punya peran penting dalam inovasi penanganan sampah ini di panggung internasional,” tegas jurnalis senior, ini.
Hebatnya, di awal tahun 2023 ini sudah tiga negara dari tiga benua yang berkunjung dan melakukan studi di TOSS Center Klungkung ini. Yakni, Direktur Hubungan Internasional Environmental Protection Agency Amerika Serikat Mark S. Kasman, Menteri Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan Republik Kongo, Arlette Soudan Nonault dan Menteri Lingkungan Hidup Kamboja.
Pada kesempatan itu Kadis Lingkungan Hidup dan Pertanahan Kabupaten Klungkung Ketut Suadnyana menyampaikan terima kasih atas kontribusi Jaringan Jurnalis Peduli Sampah dalam mempublikasikan dan mengedukasi persoalan dan tata kelola sampah.
Wah, di sinilah peran serta para jurnalis yang tergabung dalam J2PS yang ikut bersama-sama mengedukasi masyarakat untuk pemilahan sampah dari sumber, dari rumah, saya acungi jempol pada tim jurnalis yang sudah peduli dengan sampah,” pungkas Suadnyana.
Direktur PT CTBL Putu Ivan Yunatana menjelaskan keberadaan mesin CTBL yang ditempatkan di TOSS Center digunakan untuk membantu pengelolaan sampah residu.
“Dengan mesin ini, residu tidak terbuang lagi di TPA. Yang mana selama ini waktu masih dibawa ke TPA itu, Pemerintah Kabupaten Klungkung mengalokasikan anggaran operasional untuk BBM, tenaga dan pengelolaan TPA Sente. Dengan adanya mesin CTBL paling tidak membantu dari sisi efisiensi dan efektivitas dalam hal pengelolaan sampah,” papar Putu Ivan.
Ditanya mengenai kapasitas mesin buatan PT CTBL ini disebutkan cukup besar dalam mengolah sampah residu.
“Kapasitasnya 50 ton per hari. Ini murni rekayasa anak bangsa. Mesin ini dibuat di Jawa Timur dengan komponen dalam negeri,” tandas Putu Ivan.
(BB/501/MR)