Penguburan Paus Sperma Jantan Terdampar di Pantai Yeh Leh Menunggu Surut
Bangkai paus jenis sperma jantan sepanjang 17,28 meter diduga beratnya melebihi 3 ton terdampar di pantai Yeh Leh, Desa Pengeragoan, Kecamatan Pekutatan, Jembrana, Sabtu (8/4/2023). (Foto: BB/DB)
Jembrana | barometerbali – Bangkai paus raksasa yang terdampar di Pantai Yeh Leh, Desa Pengeragoan, Kecamatan Pekutatan, Jembrana, Sabtu (8/4/2023), hingga siang ini belum juga dikubur karena menunggu air laut surut.
Kondisi air laut saat ini menurut petugas masih pasang sehingga proses penguburan bangkai Paus Sperma jantan atau Paus Kepala Kotak (Physeter macrocephalus) tersebut tertunda. Dua alat berat juga telah siaga di lokasi untuk menggali lubang kubur paus malang tersebut.
Tim dari Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Gilimanuk melakukan pemeriksaan terhadap ikan paus tersebut. Hasilnya, panjang paus tersebut mencapai 17,28 meter, dengan kepala berdiameter 7,72 meter, bulat badan mencapai 10 meter, lebar sirip ekor 20 meter, dan terdapat 38 gigi.
Di sisi lain, Tim dari Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar sejak Minggu, (9/42023) pagi sudah berada di lokasi paus terdampar. Setelah sehari sebelumnya sempat melakukan pemeriksaan terhadap bangkai paus diduga beratnya melebihi 3 ton itu.
Kerumunan warga juga masih memadati lokasi terdamparnya mamalia laut tersebut. Mereka ingin menyaksikan proses pemeriksaan dan penguburan paus nahas itu yang diduga mati karena menderita penyakit kemudian hanyut ke pesisir oleh arus laut tersebut.
Kepala Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar Permana Yudiarso dikonfirmasi media di lokasi mengatakan, pihaknya bersama tim hari ini akan menangani bangkai paus jenis sperma jantan tersebut.
“Ada dua langkah penanganan yang akan kita lakukan, yakni nekropsi dan penguburan,” tandasnya, Minggu (9/4/2023)
Nekropsi adalah kegiatan bedah bangkai hewan. Kegiatan merupakan merupakan tindakan investigasi medis akan adanya gangguan atau kelainan pada anatomi tubuh hewan secara keseluruhan. Kegiatan ini dilakukan secara runut baik dari anatomi luar maupun dalam tubuh.
“Penanganan nekropsi dilakukan dengan melakukan penelitian terhadap organ penting dalam tubuh paus jenis sperma ini. Tujuannya untuk menganalisis secara ilmiah penyebab kematian dari paus,” ungkap Permana.
Usai dilakukan nekropsi, akan dilakukan penguburan dengan menggunakan dua unit alat berat. Pada proses nekropsi, pihaknya nantinya akan dibantu tim dari Pemkab Jembrana, sehingga bisa dilakukan dengan aman hingga penguburan.
Permana Yudiarso juga menjelaskan, dalam beberapa hari belakangan ini, sudah ada tiga ekor paus yang terdampar di pesisir pantai di Bali, yakni di Pantai Tegal Besar berbatasan dengan Pantai Lepang, Banjarangkan, Klungkung, selanjutnya di Pantai Yeh Malet, Antiga, Karangasem, dan Pantai Yeh Leh, Pengeragoan, Jembrana.
Fenomena dan kejadian terdamparnya hewan laut bernafas dengan paru-paru dan melahirkan anaknya ini, menurutnya cukup mengejutkan. Dari pemeriksaan awal terhadap bangkai paus jenis sperma yang terdampar di Pantai Yeh Leh, diduga penyebabnya karena satwa tersebut menderita penyakit.
“Tapi untuk penyakitnya masih menunggu pemeriksaan atau uji lab nantinya,” pungkasnya.
Paus Sperma atau Paus Kepala Kotak (Physeter macrocephalus) adalah hewan terbesar dalam kelompok paus bergigi sekaligus hewan bergigi terbesar di dunia.
Dikutip dari wikipedia, Paus ini dinamakan ‘paus sperma’ karena pada awalnya bahan putih susu spermaceti yang terdapat pada kepalanya dikira sebagai sperma. Kepala paus sperma yang besar dan bentuk keseluruhannya yang berbeda, ditambah lagi kemunculannya dalam novel Moby-Dick yang ditulis oleh Herman Mellville, membuatnya juga dikenal sebagai paus arketipe (archetype). Sebagian karena Melville, Paus Sperma sering dihubungkan dengan Leviathan semi mistis dari cerita-cerita Alkitab. Paus Sperma juga dulu dikenal sebagai Common Cachalot. (BB/501)