Ringankan Beban Masyarakat, YKKB Gandeng Duwe Nyama Bali Gelar Manusia Yadnya Bersama
Upacara Manusia Yadnya Bersama bertajuk “Metatah, Nyapuh Leger, dan Mawinten Bersama dengan dana Punia Seikhlasnya”, bertempat di Pasraman Padukuhan Samiaga, Desa Penatih, Denpasar Timur, Sabtu (29/4/2023). (Foto: YKKB/DNB/AP)
Denpasar | barometerbali – Guna meringankan beban krama (masyarakat-red) dan nyama (saudara, masyarakat-red) Bali, Yayasan Kesatria Keris Bali (YKKB) Bidang Keagamaan didukung Yayasan Duwe Nyama Bali (DNB) bertepatan dengan hari suci Tumpek Wayang menggelar Upacara Manusia Yadnya Bersama bertajuk “Metatah, Nyapuh Leger, dan Mawinten Bersama dengan dana Punia Seikhlasnya”, bertempat di Pasraman Padukuhan Samiaga, Desa Penatih, Denpasar Timur, Sabtu (29/4/2023).
Sekretaris Panitia Jro Mangku Wide menjelaskan kegiatan ini diselenggarakan untuk memberikan pemahaman dan tata cara yang benar menurut adat dan agama terkait pelaksanaan salah satu bagian dari Panca Yadnya, yakni Manusia Yadnya dengan tujuan pembersihan diri secara sakala (nyata) dan niskala (maya) diikuti hampir 500 peserta.
“Upacara ini diikuti sangat antusias oleh krama Bali. Terdaftar 488 orang, yang datang 455 karena ada yang berhalangan karena datang bulan dan punya kesibukan mendadak,” ungkap Mangku Wide.
Ia memaparkan dudonan (urutan-red) upacara yang berlangsung yang di-puput oleh Ida Pandita Nabe Dukuh Acharya Daksa dari Griya Padukuhan Samiaga Penatih dibantu 20 pemangku, 16 sangging, dan 4 pembantu pemangku.
“Mulai dari Metatah (upacara potong gigi-red) kita bikin komplit. Yang pertama medengen-dengen, ngekeb, menek bajang, ngeraja sewala, ngeraja singa. Setelah itu pabersihan, natab banten hari kelahiran kemudian dirajah dengan rerajahan Saraswati. Setelah itu peserta baru diperbolehkan naik untuk mesangih (istilah lain upacara potong gigi-red),” terangnya.
Terkait Upacara Nyapuh Leger kali ini diperuntukkan bagi orang yang kelahiran pada wuku wayang. Mangku Wide menuturkan keluarga yang memiliki anak yang lahir di wuku wayang bagi yang mampu secara ekonomi akan mengupah Jro Dalang menggelar Wayang Sapuh Leger, namun karena biayanya tidak terjangkau oleh krama yang kurang beruntung secara ekonomi, umumnya mereka hanya nunas tirta (air suci-red) dalang saja.
“Jarang yang mau, paling nunas tirta saja, karena ongkos gegelaran wayang Sapuh Leger sekali tampil 2 juta. Tentu krama yang tak mampu akan merasa berat dengan biaya segitu,” singgungnya.
Di samping itu untuk orang yang kategori melik ada sekitar 50 jenisnya, diruwat juga dengan upacara Nyapuh Leger ini. Disusul upacara Pawintenan Saraswati yang penugrahan sastra oleh Dewi Saraswati sehingga ilmu yang sudah didapat memperoleh “ijazah” dan “SIM”.
“Pawintenan dasa guna adalah 10 kegunaan yang ada di pewintenan diprioritaskan bagi mereka yang nantinya bisa jadi sangging, mangku tapakan, undagi, dan tukang ngetisin tirta. Yang terakhir adalah Pawintenan Gana Pati, untuk memperingat dan mempertajam karena tak ada yang lebih besar dari otak Dewa Gana atau Ganesha, karena otak gajah itu paling besar. Yang melakukan pawintenan itu sedikit tidaknya sudah tahu tentang, sastra, puja, dan Weda,” tandas Mangku Wide.
Dalam kesempatan itu mewakili seluruh panitia, Mangku Wide menyampaikan ucapan terima kasih kepada Duwe Nyama Bali dan tokoh Bali bakal calon kuat Dapil Bali maju ke DPR RI dari Partai NasDem I Dewa Nyoman Budiasa yang telah memberikan bantuan dan dukungan moral dan dana sehingga Upacara Manusia Yadnya Bersama ini dapat berjalan dengan lancar dan labda karya sidaning don (sukses sesuai dengan tujuan yang diharapkan-red).
Dimintai keterangan terkait pelaksanaan upacara ini, I Dewa Nyoman Budiasa menyambut positif dan memberikan apresiasi yang tinggi kepada Yayasan Kesatria Keris Bali sehingga seluruh rangkaian upacara dan upakara berlangsung lancar dan memberikan manfaat bagi Nyama Bali.
“Visi dan misi kita dari Duwe Nyama Bali adalah untuk menyambung tali persaudaraan di masyarakat. Apa ritual-ritual yang belum dipahami di masyarakat hari ini bisa diketahui dan dimaknai secara lebih mendalam,” ulasnya didampingi Ketua Yayasan Kesatria Keris Bali Ketut Putra Ismaya Jaya (Jro Bima).
Selain seremonial dan tattwa-nya yang mesti lebih sering diedukasi oleh pemuka agama kepada krama dan umat Hindu di Bali khususnya, upaya meringankan beban masyarakat dalam menjalankan upacara keagamaan mesti terus dilakukan seperti halnya kegiatan terlaksana pada hari ini.
“Yang sebelum tak sempat dilayani dan tak memiliki kesempatan karena alasan biaya, di sini Yayasan Kesatria Keris Bali dan Duwe Nyama Bali mepunia (berdana punia-red) demi meringankan beban masyarakat,” pungkas Dewa Budiasa. (BB/501)