Tuesday, 18-02-2025
Peristiwa

Sapto Anggoro Ingatkan Manajemen Kunci Penting Kembangkan Media Siber

Foto: Diskusi Peningkatan Kapasitas Media Siber dengan tema ‘Pengembangan Model Bisnis Media di Era Digital”, yang juga menghadirkan Wakil Ketua Dewan Pers Agung Dharmajaya, dan Praktisi Media Siber katadata.co.id, kerja sama Dewan Pers bersama Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Provinsi Bali dan Pemprov Bali di Aula Diskominfos Provinsi Bali, Denpasar, Kamis (25/5/2023). (BB/Ngurah Dibia)

Denpasar | barometerbali – Makin merebaknya pertumbuhan media siber/online secara nasional, Ketua Pokja Verifikasi Media Online Dewan Pers Sapto Anggoro menegaskan manajemen media memegang kunci penting untuk mengembangkan media berplatform digital.

“Karena sebagian besar berangkatnya dari wartawan, tapi soal manajemen kan beda lagi. Dalam hal ini Dewan Pers memilih melakukan pembinaan,” ungkap Sapto dalam acara Diskusi Peningkatan Kapasitas Media Siber dengan tema, “Pengembangan Model Bisnis Media di Era Digital”, yang juga menghadirkan Wakil Ketua Dewan Pers Agung Dharmajaya, dan Praktisi Media Siber katadata.co.id, kerja sama Dewan Pers dengan Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Provinsi Bali dan Pemprov Bali di Aula Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik (Diskominfos) Provinsi Bali, Denpasar, Kamis (25/5/2023).

Para peserta sebagian besar anggota SMSI Bali ditambah beberapa wartawan lain yang diundang. (BB/Ngurah Dibia)

Pengelolaan media siber tandas Sapto tak lepas dari karakteristik konsumen berita. Dengan mengetahui kebutuhan informasi yang banyak diminati publik, akan menentukan popularitas dari media itu sendiri.

“Itu yang paling penting. Banyak yang membuat berita soal politik, sosial, hukum dan HAM. Padahal, konten yang paling banyak dikunjungi ternyata bukan itu. Ternyata adalah info kesehatan. Kenapa info kesehatan ini tidak jadi yang utama untuk ditampilkan, karena itu berpotensi viral,” pesan Sapto Anggoro yang juga mantan Sekjen Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet ini.

Model bisnis media online sendiri, tandas Sapto, bisa dilakukan melalui beberapa cara. Di antaranya, melakukan kerja sama dengan pemerintah daerah, menggandeng sponsorship, pendanaan CSO (Civil Society Organization), membangun media melalui kehumasan maupun event organizer (EO) dan mengembangkan komunitas pembaca.

“Ini kan belum tentu wartawan mau melakukan hal-hal seperti itu kan,” sentil Sapto dalam diskusi yang dimoderatori Ketua SMSI Bali Emanuel Dewata Oja (Edo).

Ketua Pokja Verifikasi Media Online Dewan Pers Sapto Anggoro (BB/Ngurah Dibia)

Dalam kesempatan itu Wakil Ketua Dewan Pers Agung Dharmajaya menambahkan, kepercayaan publik kepada media tidak berkurang. Sekalipun, platform media dari zaman ke zaman selalu berubah.

Di era digital, media harus cukup mampu menyesuaikan dengan perubahan yang tengah berjalan. Dengan demikian, pemain media mampu berakselerasi menyesuaikan kondisi yang ada. Adaptasi dengan platform baru bisa dilakukan dengan mengemas menjadi lebih baik.

“Tantangan perkembangan media selalu berubah dari zaman ke zaman dari analog, cetak, elektronik dan ada konvergensi media digital, juga ada media sosial. Perubahan itu harus dilakukan untuk situasi saat ini,” imbau Agung Dharmajaya.

Wakil Ketua Dewan Pers Agung Dharmajaya (kiri) dan Ketua SMSI Bali Emanuel Dewata Oja (kanan) (BB/Ngurah Dibia)

Dikatakan pula perubahan itu harus disikapi dengan realistis. Di era disrupsi media seperti sekarang, Agung mengingatkan agar pelaku di industri media baik wartawan atau pemilik media, tetap menaati kaidah-kaidah jurnalistik untuk menghasilkan pemberitaan yang obyektif.

Pemateri berikutnya Maryadi seorang praktisi media siber membagikan pengalamannya terkait persaingan bisnis media digital. Menurutnya, pelaku industri media siber harus berani meninggalkan pola lama.

Foto bersama usai penutupan acara diskusi (BB/Ngurah Dibia)

Terobosan baru perlu dilakukan untuk memberikan dorongan “amunisi”. Ia mengatakan, ada media siber yang mengembangkan teknik backlink untuk mendapatkan marketshare iklan dan juga riset dengan infografis.

“Sumber pendanaan besar itu ada pada grant (hibah) dari pihak lain. Nilainya bisa miliaran seperti membuat riset. Ini bisa digarap media online. Perlu memanfaatkan media sosial dan aplikasi. Termasuk, memahami tren yang berkembang di masyarakat,” pungkas Maryadi.

Editor: Ngurah Dibia

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button