Saturday, 15-02-2025
Pendidikan

Kupas Peran Penerjemah Bahasa Melalui Lokakarya UPT Bahasa Unud

Foto: Menelisik peran penerjemah bahasa dalam internasionalisasi, UPT Bahasa Universitas Udayana selanggarakan workshop penerjemahan. (BB/UPT/Unud)

Denpasar | barometerbali – UPT Bahasa Universitas Udayana (Unud) menggelar Lokakarya (workshop) Penerjemah, mengupas peran penerjemah bahasa dalam internasionalisasi, dengan mengusung tema Peran Penerjemah dan Juru Bahasa dalam Internasionalisasi Institusi Perguruan Tinggi, dilaksanakan selama dua hari, 26-27 Juni 2023, bertempat di Four Star by Trans Hotel, Denpasar, dikutip berdasarkan rilis yang dipublikasi Biro Pers Unud, pada Selasa (4/7/2023).

Dalam rilis tersebut Panita Acara menjelaskan, bahwa kegiatan lokakarya diikuti para peserta yang mayoritas dosen, berasal dari 13 fakultas di Universitas Udayana dan Perguruan Tinggi Negeri/Swasta di Bali, dimana hari pertama pelaksanaan diisi dengan pemaparan materi mengenai penerjemahan tulis yang menghadirkan akademisi serta ahli penerjemahan tulis, Prof. Dr. Drs. Ida Bagus Putra Yadnya, M.A dan Dr. Sugeng Hariyanto, S.Pd.

Sesi pertama yang diisi oleh narasumber Prof. Dr. Drs. Ida Bagus Putra Yadnya, M.A membawakan materi penerjemahan tulis yang dibagi menjadi tiga sesi poin diskusi di antaranya; the role of translation, the nature of translation, issues on translation.

“Peluang penerjemah dan tantangannya di era 4.0 di industri bahasa meliputi rekayasa bahasa, komodifikasi bahasa, pabrik kata-kata dan alih wahana (multimodality, red) dengan tantangan adanya alat atau mesin penerjemah seperti google translate, Microsoft translator, easy language translator, Say Hi Translator, Trip Lingo dan lainnya, sehingga menjadi tantangan tersendiri bagi penerjemah,” ucapnya.

Pada sesi kedua, materi disampaikan oleh Dr. Sugeng Hariyanto, S.Pd., M.Pd., menekankan bagaimana tantangan menerjemahkan dokumen dalam proses akreditasi internasional seperti kategori survei, deskripsi program studi, atauapun dokumen legal di universitas seperti SK Rektor.

“Terdapat beberapa medium yang bisa digunakan bagi penerjemah dalam melakukan pekerjaannya seperti menggunakan terjemahan secara manual ataupun dengan bantuan alat seperti Cat tool tanpa MT ataupun Cat tool dengan MT. Perlu dipertegas bahwasannya proses menerjemahkan harus menjaga kendali mutu khususnya intelligibility (mudah dipahami, red) dan fidelity (kekeliruan terjemahan, red),” imbuhnya.

Di hari kedua pelatihan, pada sesi pertama diisi pemaparan materi oleh Prof. Dr. Dra. Ida Ayu Made Puspani, M.Hum., guru besar linguistik pada konsentrasi penerjemah ini membawakan materi juru bahasa, dengan menekankan bahwa perbedaan dasar penerjemahaan dan penjurubahasaan ialah penerjemahan bersifat tertulis, alat bantu dapat beruma kamus atau alat proof reader sedangkan penjurubahasaan bersifat oral/lisan terdapat alat bantu dengan durasi terbatas dan audiens secara langsung.

“Di sisi lain kegiatan penjurubahasaan juga memiliki tantangannya sendiri seperti ketidakterjemahan linguistik, budaya, bahasa sumber, usaha waktu, serta ambiguitas dalam prosesnya,” jelasnya.

Selanjutnya sesi kedua diisi oleh sharing session mengenai penjurubahasaan oleh Drs. Azali Pangiringan Samosir serta disertai dengan praktik langsung penjurubahasaan atau interpreting dengan booth interpreter.

Sebagai salah satu juru bahasa yang telah memiliki banyak jam terbang sebagai juru bahasa, Bapak Azali membagikan pengalaman bagaimana menjadi interpreter/juru bahasa yang professional dengan banyak melakukan latihan secara berkelanjutan dengan menggunakan media youtube atau televisi dan sumber relevan lainnya yang mampu meningkatkan kemampuan interpreter khususnya simultaneousinterpreting. (BB/212)

Sumber: unud.ac.id

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button