Sunday, 09-02-2025
Hukrim

Prajuru Bugbug Desak Polisi Usut Aktor Intelektual Pengerusakan Resort Detiga Neano

Foto: Hadir memberikan keterangan pers Prajuru Desa Adat Bugbug Karangasem, I Nengah Yasa Adi Susanto alias Jro Ong (tengah) bersama Penglingsir Jero Kanginan Desa Adat Bugbug, I Gede Ngurah (tiga dari kiri), dan Kuasa Hukum PT. Starindo Bali Putu Suma Gita (dua dari kanan) di Denpasar, Rabu (13/9/2023). (Sumber: Ngurah Dibia)

Denpasar | barometerbali – Sinyalemen kuat adanya unsur provokasi dari aktor intelektual dari Tim 9 terkuak di balik kasus pengerusakan dan pembakaran Resort Detiga Neano. Pernyataan itu dilontarkan Prajuru Desa Adat Bugbug, Karangasem, I Nengah Yasa Adi Susanto alias Jro Ong pascapenetapan 13 tersangka dalam kasus itu oleh Polda Bali.

Dalam konferensi pers yang digelar di Denpasar, Rabu (13/9/2023), Jro Ong menegaskan akibat ulah Tim 9 yang hingga saat ini orang-orangnya belum ditahan polisi, demonstrasi tersebut menjadi semakin beringas berujung pengerusakan dan pembakaran resort milik investor Cekoslovakia yang sedang dibangun di wilayah Desa Bugbug, Karangasem akhirnya meletup pada Rabu (30/8/2023).

Didampingi Panglingsir Desa Adat Bugbug I Gede Ngurah, SH dan Kuasa Hukum PT Starindo Bali Mandiri yang terdiri dari Putu Suma Gita, SH, MH, I Kadek Putra Sutarmayasa, SH, MH, I Made Widiasa, SH, Gabriel SM Pareira, SH, dan Putu Bagus Darma Putra, SH, MH, Jro Ong menduga kuat sebelum tindakan perusakan dan pembakaran, Tim 9 menggelar beberapa kali pertemuan dilaksanakan di sejumlah tempat suci di wilayah setempat.

“Sudah 25 orang yang dilaporkan ke Polda Bali, dan 13 warga yang ditetapkan sebagai tersangka sudah ditahan. Namun, justru aktor intelektualnya masih bebas. Sebelum terjadinya tindak pidana perusakan pada 30 Agustus tersebut, beberapa kali ada pertemuan Tim Sembilan dan tokoh yang mengundang masyarakat banjar. Ada upaya provokasi dilakukan tokoh-tokoh tertentu terhadap masyarakat,” ungkap Jro Ong.

Ia menuturkan ada pertemuan di Pura Desa yang dilakukan dua hingga tiga kali. Kata dia, saat situlah ada provokasi terkait proyek pembangunan Resort Detiga Neano.

“Ada provokasi di Pura Dalem 21 Juni itu seminggu sebelum demo pertama yang mereka lakukan ke Kantor Bupati mengatasnamakan kelompok GS (Gema Santi, red),” sebut Jro Ong.

Provokasi yang dilontarkan yakni proyek melanggar kesucian pura, hilangnya taksu (kharisma) Bugbug karena Ida Bhatara akan pergi jika resort tersebut dibangun hingga menyebar kabar pembangunan resort tidak berizin yang membuat masyarakat terbakar emosinya.

“Apabila resort tersebut dibangun maka Bugbug kehilangan taksu, disebut Ida Bhatara akan berangkat pergi ke Siwa Loka, tidak ada Tuhan lagi, Perbekel juga hadir saat di Pura Dalem tersebut. Disebut-sebut vila yang dibangun tidak sah, tidak ada izin IMB. Pada pertemuan di Pura Dalem itu mantan Kelian Desa Adat Bugbug pidato mengajak masyarakat di pura membuat kebulatan tekad agar hadir demo 27 Juni, ada upaya provokatif dilakukan, kemudian demo kedua 28 Juni dan puncaknya 30 Agustus pembakaran dan perusakan,” bebernya.

Jro Ong selaku prajuru desa mengaku menyayangkan tokoh-tokoh masyarakat yang mengompor-ngompori warga melakukan tindakan melanggar hukum bahkan orasi dilakukan di pura yang merupakan tempat suci.

“Disebutkan vila yang dibangun tidak sah tidak legal, padahal tidak ada keputusan pengadilan menyatakan itu. Pemkab pun memfasilitasi memberikan waktu menyampaikan aspirasi dari perwakilan, tapi mereka tidak bersedia bertemu perwakilan Pemkab. Saya tahu masyarakat Bugbug belum pernah sebringas atau sebrutal ini, mereka terprovokasi,” ujarnya.

Dengan berdirinya Resort Detiga Neano Bugbug menurut Jro Ong memberikan keuntungan dan manfaat bagi masyarakat Desa Adat Bugbug karena ada draf kontrak perjanjian.

“Tenaga kerja lokal 75 persen diserap di sana bila banjar adat ada yang ingin bekerja dan tidak memiliki kompetensi investor wajib beri pelatihan gratis melalui pihak ketiga dan investor mau,” urainya.

“Permasalahannya di mana harga sudah jelas, nilai fantastis, nilai ini disumbangkan ke banjar-banjar adat, kemarin ada proses renovasi senilai Rp1 miliar hingga Rp1,5 miliar, dipakai untuk pembangunan pura, berikan sumbangan ikatan warga Bugbug di Singaraja, Lombok, Surabaya Jakarta, Denpasar dan di Pancasari,” rinci Jro Ong.

Lebih lanjut Panglingsir Jero Kanginan Desa Bugbug, I Gede Ngurah mensinyalir adanya motif kepentingan di balik rentetan peristiwa dengan membangkitkan amarah warga.

Dari sisi legalitas pembangunan resort tersebut diklaim sudah terang dan sosialisasi terhadap warga pun sudah dilakukan. Menurutnya dengan pembangunan resort itu dampak positifnya banyak bagi warga setempat.

“Kami menduga ada motif kepentingan di belakang gerakan ini, tapi biar pihak berwenang yang mengungkap melalui pengembangan kasus,” tandas Gede Ngurah.

Diberitakan sebelumnya Gerakan Masyarakat Santun dan Sehati (Gema Santi) akan memberi pendampingan hukum terhadap warga yang ditetapkan tersangka dalam kasus pembakaran dan perusakan Resort Detiga Neano.

Kepada wartawan Ketua Tim 9 Gema Santi, Gede Putra mengatakan, bantuan hukum sudah diberikan sebelum sejumlah warga tersebut ditetapkan sebagai tersangka atau setelah terjadi pembakaran.

“Ada empat hingga lima kuasa hukum yang mendampingi. Kami tetap menghormati proses hukum. Cuma saya kasihan sama warga bersangkutan. Kejadian kemarin murni karena spontanitas lantaran Pemerintah Kabupaten Karangasem tidak merespons aspirasi yang disampaikan sehingga warga marah,” pungkas Gede Putra.

Seperti diketahui Polda Bali hingga kini telah menetapkan 13 orang tersangka dalam kasus pengerusakan dan pembakaran Resort Detiga Neano, Bugbug, Karangasem pada Rabu (30/8/2023). Semua tersangka disebutkan memenuhi Pasal 187 KUHP dan atau Pasal 170 KUHP jo Pasal 406 KUHP dan atau Pasal 167 KUHP jo Pasal 55 KUHP.

Editor: Ngurah Dibia

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button