
Kolase foto: Pembersihan sampah-sampah di perairan Tanjung Benoa menggunakan kapal pengumpul sampah milik MOL, Sabtu (16/9/2023). (Sumber: J2PS/BWC)
Denpasar | barometerbali – Dalam rangka memperingati Hari Bersih-Bersih Dunia (World Clean Up Day) 2023 yang jatuh pada Sabtu (16/9), Mitsui O.S.K. Lines, Ltd. (MOL) menggandeng Bali Waste Cycle (BWC) menggelar bersih-bersih sampah di laut Tanjung Benoa, Bali. Pembersihan sampah-sampah tersebut menggunakan kapal pengumpul sampah milik MOL.
Kapal pengumpul sampah bernama Arika ini, sebelumnya telah diluncurkan di Bali pada 1 Maret 2023, dan telah diujicobakan selama satu bulan di Tanjung Benoa sejak Maret hingga April 2023.
Kegiatan pembersihan sampah yang bertajuk ‘Ocean Debris Collection for World Clean Up Day’ kali ini bertujuan untuk menciptakan kesadaran dan mengingatkan kepada masyarakat dan semua pihak untuk bersama-sama menjaga kebersihan laut untuk keberlangsungan kehidupan laut.
“Meskipun Bali ini memiliki lingkungan alam yang beragam dan kaya, masalah sampah laut menjadi lebih serius selain peningkatan sampah yang disebabkan oleh pesatnya urbanisasi dan pertumbuhan penduduk,” terang President Director MOL Hiraku Sato.
“Kami mengantisipasi inisiatif ini untuk memberikan kontribusi, khususnya terhadap realisasi lingkungan, konservasi laut dan lingkungan global,” tambahnya.
MOL Group akan berkontribusi dalam mewujudkan masyarakat berkelanjutan dengan mendorong respons terhadap permasalahan keberlanjutan, yang diidentifikasi sebagai permasalahan sosial yang harus ditangani sebagai prioritas melalui bisnisnya.
MOL Group telah menempatkan konservasi lingkungan laut sebagai isu utama dalam visi lingkungan MOL Group 2.2, dan juga terlibat dalam kegiatan konservasi laut melalui pembersihan pantai.
Selain proyek restorasi dan konservasi mangrove di Indonesia dan pengembangan alat pengumpul mikroplastik laut.
“MOL berkontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan bagi manusia, masyarakat, dan bumi, serta membuka masa depan yang sejahtera dari samudera biru,” pungkas Hiraku didampingi Direktur BWC Olivia Anastasia Padang, Bendesa Adat Tanjung Benoa I Made Wijaya, Ketua Asosiasi Pengusaha Sampah Indonesia (APSI) Bali – Nusra, Putu Ivan Yunatana.
Beberapa media yang tergabung dalam Jaringan Jurnalis Peduli Sampah (J2PS) yang dipimpin Agustinus Apollonaris KD diajak langsung menyaksikan kapal yang berkapasitas 3m3/jam itu mengambil sampah di laut dan mengedropnya di darat yang selanjutnya dibawa ke TPST 3R Panca Lestari. Sampah-sampah itu selanjutnya dipilah dan dilakukan pengolahan.
Dalam kesempatan ini, Bandesa Adat Desa Tanjung Benoa I Made Wijaya mengatakan penanganan sampah dengan kapal seperti KM Arika ini sangat memberi manfaat dan semangat warganya dalam menjaga kebersihan lingkungan.
Bahkan ia menginginkan kegiatan seperti itu tidak hanya satu atau dua hari dilakukan tetap secara terus-menerus maupun berkala. Ia pun mengharapkan adanya dukungan dari pemerintah, baik tingkat kabupaten, provinsi maupun pusat.
“Kalau bisa dari Bapak Gubernur, bagaimana pantai ini harus dijaga bersama. Saat angin barat, angin timur, sampah-sampah yang datang dibawa arus itu harus dibersihkan di tengah laut,” harapnya.
Saat angin barat, ribuan kubik sampah bisa mengumpul di pesisir, bahkan alat yang dikerahkan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Badung kewalahan karena banyaknya sampah-sampah itu.
“Nah, kalau kita bisa tangani di tengah laut kan bisa berkurang (sampah-sampah musiman, red),” ungkap Wijaya.
Sementara Direktur BWC, Olivia Anastasia Padang mengatakan sampah telah menjadi permasalahan dan ancaman yang serius untuk keberlangsungan lingkungan yang sehat. Bukan saja di darat, namun kini sampah telah mencemari lautan dan menggangu keberlangsungan kehidupan laut.
“Sampah laut bersifat lintas batas, berpindah dari satu wilayah ke wilayah yang lain karena dibawa oleh arus air. Di Bali, pantai-pantai bagian selatan seperti pantai Kuta dan Tanjung Benoa hampir dipastikan setiap musim selalu mendapat sampah kiriman,” jelasnya.
Hal ini tentu berdampak pada aktivitas di laut, apalagi Bali sebagai destinasi wisata dunia.
“Bukan itu saja puing-puing sampah (plastik) akan mengambang di permukaan laut sehingga berkontribusi terhadap peningkatan mikroplastik partikel yang semakin memprihatinkan,” tandas Oliv, panggilan akrabnya.
Editor: Ngurah Dibia