Agung Manik Danendra AMD Didaulat Maju Bali Satu, Saksi Pejati dan Genta Kebangsaan, Sahabat AMD “Support” Kursi dan Karpet

Foto: Tokoh Muda Bali Agung Manik Danendra AMD yang juga Founder AMD Center bersama tokoh serta Panglingsir Puri Agung Tegal Denpasar Pemecutan berfoto bersama Ketua Yayasan Rumah Kebangsaan dan Kebhinekaan (Rumah KaKek) I Ketut Udi Prayudi saat mengunjungi Rumah Kebangsaan dan Kebhinnekaan Pasraman Satyam Eva Jayate pada Rabu, (20/9/2023). (Sumber: Dok pribadi)
Denpasar | barometerbali – Tokoh Muda Bali fenomenal yang tidak henti-hentinya berbagi dan berkiprah nyata untuk Nusantara, Agung Manik Danendra AMD yang disebut-sebut sebagai satu-satunya calon Gubernur Bali pada Pemilihan Gubernur Bali 2024 yang berlatar belakang tokoh muda nasional dengan pengalaman mumpuni, punya ide gagasan yang cemerlang dan visioner serta mampu memahami betul kebutuhan anak-anak muda berkat kedekatannya dengan anak-anak muda kini semakin mendapatkan kepercayaan dan menerima mandat dari rakyat Bali didaulat maju sebagai Bali Satu pada Pilgub Bali 2024.
Dukungan dan harapan agar tokoh bernama lengkap Dr. Anak Agung Ngurah Manik Danendra, S.H., M.H., M.Kn., maju sebagai Calon Gubernur Bali pada Pilgub Bali 2024 bergema disuarakan usai Agung Manik Danendra AMD mencatatkan sejarah dalam perjalanan kebangsaan menggaungkan gema kebangsaan di Nusantara dari tanah Bali Pulau Dewata dengan menyumbangkan berupa Genta Kebangsaan berlapis emas kepada Rumah Kebangsaan dan Kebhinekaan (Rumah KaKek) Pasraman Satyam Eva Jayate yang berlokasi di kawasan Kelurahan Penatih, Kota Denpasar pada momen heroik bertepatan dengan suasana peringatan Hari Puputan Badung pada Rabu, 20 September 2023.
Dalam kunjungan istimewa ini, kedatangan Agung Manik Danendra AMD yang juga Founder AMD Center ini bersama tokoh serta Panglingsir Puri Agung Tegal Denpasar Pemecutan disambut hangat Ketua Yayasan Rumah Kebangsaan dan Kebhinekaan (Rumah KaKek) I Ketut Udi Prayudi.

Udi Prayudi mengapresiasi kehadiran Agung Manik Danendra AMD ke tempat ini. Dikatakannya bahwa pihaknya merasa sangat bangga dikunjungi oleh tokoh muda Bali, yang melihat secara langsung bagaimana keberadaan Rumah KaKek tersebut.
Udi Prayudi menilai tidak banyak tokoh muda di Bali yang memiliki konsistensi seperti Agung Manik Danendra AMD. “Tiyang (saya, red) lihat kan konsistensi. Tadi disebutkan dari zaman mahasiswa sampai sekarang, semangat kebangsaan ini tetap terjaga. Ini sangat penting dimiliki oleh para pemimpin di Bali,” kata Udi Prayudi yang juga mantan anggota KPU Bali ini.
Udi Prayudi juga sangat mengapresiasi semangat kebangsaan, semangat nasionalisme yang dimiliki seorang Agung Manik Danendra AMD di tengah keberagaman yang ada, termasuk di nasional maupun di Bali. Karakter inilah yang menjadi spirit bagi anak-anak Rumah Kebangsaan bagaimana mereka bisa tetap mewarisi hal-hal positif dari Agung Manik Danendra AMD
“Spirit-spirit kebangsaan, konsistensi, termasuk juga nasionalisme, itu harus tetap terjaga. Apalagi ditengah Puputan Badung, tentunya ini sebagai pengingat kepada kita untuk mengingat bagaimana sejarah bangsa, sejarah pahlawan kita harus tetap kita warisi. Nah ini beliau mengingatkan kita semua untuk mewarisi semangat cinta kepada bangsa ini,” paparnya.
Terkait dengan konteks kebangsaan dimana Bali dikenal dengan toleransi yang tinggi dan sangat menghargai keberagaman, yang tentunya membutuhkan sosok pemimpin yang mampu menjaga dan menguatkan Taksu (kharisma, red) Bali serta benar-benar nindihin (memperjuangkan, red) Bali, Udi Prayudi tanpa ragu-ragu menyebut sosok Agung Manik Danendra AMD menjadi pilihan yang tepat bagi masyarakat untuk Nindihin Bali. Ketika di pusat muncul sosok Gibran Rakabuming, maka di Bali muncul sosok Agung Manik Danendra AMD.
Udi Prayudi menilai Agung Manik Danendra AMD memiliki komitmen, konsistensi, dan termasuk juga idealisme untuk menjaga Bali dan Nusantara. Tidak hanya menjadi gubernur, Agung Manik Danendra AMD juga disebutkan pantas menjadi Presiden.
“Ketika di pusat muncul seorang Gibran, kenapa tidak di Bali kita munculkan seorang AMD. Ini kan pilihan kepada masyarakat Bali juga kan gitu, untuk bagaimana ke depannya juga banyak kita memiliki alternatif-alternatif pilihan tokoh-tokoh muda yang punya komitmen, konsistensi, termasuk juga idealisme menjaga Bali dan Nusantara. Tidak hanya gubernur, AMD bahkan layak jadi Presiden,” pungkas Udi Prayudi.
Sebelumnya dalam kunjungan di Rumah Kebangsaan dan Kebhinnekaan, Agung Manik Danendra AMD yang viral dengan julukan The Real Sultan Dermawan Bali ini mengaku sangat kagum dan sangat terkesan dengan suasana di Rumah Kebangsaan dan Kebhinnekaan yang dibangun dengan idealisme dan spirit nasionalisme yang sangat tinggi dari para pendirinya. Dirinya bahkan meyakini Rumah Kebangsaan dan Kebhinnekaan ini akan menjadi legenda dalam sejarah perjalanan bangsa ini menjaga dan mewariskan nilai-nilai kebangsaan kepada generasi penerus di seluruh nusantara.
“Suasana yang sangat nyaman, sangat tenang, memberikan inspirasi. Dan ini dibangun dengan batu-batu dari seluruh Nusantara dan buka pekerjaan muda. Menurut saya secara pribadi Rumah Kebangsaan dan Kebhinnekaan ini luar biasa. Tentu ini bukan tentang materi dan uang tapi idealism. Kalau sesuatu dibangun dengan idealism Tityang yakin semuanya bisa terselesaikan dengan baik. Karena Rumah Kebangsaan ini rumah gotong-royong dan begitu saya masuk ke dalam auranya sangat bagus. Dan ini akan menjadi legenda ke depannya,” papar Agung Manik Danendra AMD.

Di sisi lain dalam kunjungan istimewa Agung Manik Danendra AMD ini juga membawa pejati (sejenis sesajen, red) ke Rumah Kebangsaan dan Kebhinnekaan ini untuk dihaturkan kepada para leluhur dan mendoakan para leluhur yang telah gugur berjuang membela tanah Bali yang keramat. AMD juga menuliskan doa di batu prasasti di Rumah Kebangsaan dan Kebhinnekaan ini disaksikan para tokoh yang hadir.
Sebagai bentuk melestarikan tradisi leluhur, Agung Manik Danendra AMD dan para tokoh yang hadir bersama Udi Prayudi dan para generasi muda dari berbagai daerah di nusantara melempar koin ke kolam istimewa yang berisi 45 air dari 45 sumber mata air di Nusantara yang ada di depan Padma Candi Nusantara di Rumah Kebangsaan dan Kebhinnekaan sebagai simbolis mewujudkan spirit (semangat) gotong royong yang menjadi karakter bangsa Indonesia. Di Padma Candi Nusantara ini juga berisi air suci atau tirta dari tirta 45 pura di seluruh Indonesia. Dari ujung timur mulai dari tirta dari Pura Amerta Bhuwana di Jayapura sampai di ujung barat tirta dari Pura Sriwijaya Palembang.
Alunan suara Genta Kebangsaan Berlapis Emas yang dibunyikan Agung Manik Danendra AMD yang digadang-gadang sebagai calon Gubernur Bali pada Pilgub Bali 2024 ini di Rumah Kebangsaan dan Kebhinekaan (Rumah KaKek) menjadi penanda dan menegaskan komitmen Agung Manik Danendra AMD merawat dan menguatkan komitmen kebangsaan.
Aksi kebangsaan Agung Manik Danendra AMD menghibahkan Genta Kebangsaan berlapis emas ini menjadi buah bibir dan sosoknya dianggap selalu menginspirasi berkat kebaikan dan kemurahan hatinya yang tidak lelah berbagai untuk kebaikan Nusantara, dari merawat nilai-nilai kebangsaan dan pluralisme hingga men-support kreativitas anak-anak muda generasi Z dan milenial yang dilakukan penuh ketulusan dan pengabdian ngayah nindihin tanah Bali dan menjaga keutuhan NKRI.
Inspirasi kebaikan dari Agung Manik Danendra AMD yang viral dengan julukan The Real Sultan Dermawan Bali ini terus menggelinding ibarat bola saja dan gaung kebaikannya terus bergema di seluruh Bali dan bahkan Nusantara. Aksi mulia dari sosok yang humanis yang namanya harum dan viral berkat berbagai aksi sosial kemanusiaan dengan tidak henti-hentinya berbagi dan ber-yadnya serta sosok yang sangat dekat dengan anak-anak muda dengan menunjukkan dedikasinya mendukung penguatan nilai-nilai kebangsaan dan mendukung mewadahi kreativitas anak-anak muda Nusantara dengan men-support keberadaan Rumah Kebangsaan dan Kebhinnekaan ini memberikan inspirasi bagi banyak pihak untuk tergerak bisa melakukan kebaikan yang sama untuk men-support Rumah Kebangsaan dan Kebhinnekaan.
Semakin banyak generasi muda Bali yang meneladani kebaikan dan kemurahan hati sosok yang disebut-sebut sebagai satu-satunya calon Gubernur Bali pada Pemilihan Gubernur Bali 2024 yang berlatar belakang tokoh muda nasional dengan pengalaman mumpuni, punya ide gagasan yang cemerlang dan visioner serta mampu memahami betul kebutuhan anak-anak muda berkat kedekatannya dengan anak-anak muda.
Hal ini terbukti dengan pada Jumat 22 September 2023, dengan spirit gotong royong penuh kebersamaan untuk berbagi, Sahabat AMD Agung Manik Danendra bergerak cepat penuh keikhlasan mengirimkan support bantuan 3 roll karpet merah dan 20 kursi spon merah untuk mendukung kegiatan-kegiatan kreativitas muda-muda nusantara di Rumah Kebangsaan dan Kebhinnekaan yang menjadi wadah berhimpunnya generasi muda Nusantara yang diinisiasi pembangunannya oleh KMHDI sejak tahun 2018.
“Kami sangat terinspirasi dengan komitmen kebangsaan Bapak Agung Manik Danendra AMD dan totalitas beliau mendukung keberadaan Rumah Kebangsaan yang menjadi rumah bersama seluruh muda mudi Nusantara untuk bisa merawat dan menguatkan nilai-nilai kebangsaan. Jadi kami tergerak dengan spirit gotong royong untuk bisa membantu sebisa kami dan di awal dengan 3 roll karpet merah dan 20 kursi spon merah. Tentu ke depan akan lebih banyak lagi rekan-rekan kami dari Sahabat AMD yang akan memberikan support,” beber salah satu Sahabat AMD Agung Manik Danendra.
Sementara itu Rumah Kebangsaan dan Kebhinnekaan (Rumah KaKek) yang menjadi wadah berhimpunnya generasi muda Nusantara yang diinisiasi pembangunannya oleh KMHDI sejak tahun 2018. Di kawasan Rumah Kebangsaan dan Kebhinnekaan juga berdiri Padma Candi Nusantara yang di-grounbreaking oleh Gubernur Bali Made Mangku Pastika di penghujung masa jabatannya di tahun 2018.
“Beliau meng-groundbreaking satu minggu sebelum berakhirnya masa jabatan beliau. Walaupun pembangunan Rumah Kakek ini baru 60 persen dengan semangat gotong royong dan semangat kebangsaan kami yakin bisa terwujud semua,” terang Ketua Yayasan Rumah Kebangsaan dan Kebhinnekaan (Rumah KaKek) I Ketut Udi Prayudi seraya mengapresiasi dalam suasana heroik dan kebangsaan peringatan Hari Puputan Badung, Agung Manik Danendra AMD yang merupakan tokoh bangsawan berdarah biru trah Raja yang dikenal sangat dekat dengan anak-anak muda ini menggaungkan kembali semangat dan spirit kebangsaan, spirit patriotisme dan nasionalisme menjaga tanah air dari berbagai ancaman dan rongrongan.

Di sisi lain Genta Kebangsaan berlapis emas berukuran besar yang diserahkan Agung Manik Danendra AMD ini menjadi pemberian yang istimewa. Secara simbolis Agung Manik Danendra AMD menggaungkan gema kebangsaan dengan membunyikan Genta Kebangsaan berlapis emas di Rumah Kebangsaan dan Kebhinnekaan yang suara dan gaungnya seperti bergema di seluruh Bali bahkan Nusantara sebagai simbol spirit persatuan dan kesatuan untuk menjaga NKRI.
Genta Kebangsaan berlapis emas ini tidak dipasupati dengan ritual upacara Hindu melainkan hanya sebagai simbolis gema kebangsaan dan gema persatuan yang ditandai dengan Agung Manik Danendra AMD membunyikan dan menggaungkan suara Genta Kebangsaan ini. Agung Manik Danendra AMD mengatakan bahwa genta merupakan sarana yang digunakan oleh umat Hindu dalam suatu ritual keagamaan untuk hal ketuhanan. Dan filosofi di dalam genta tersebut terdapat konsep Bayu, Sabda, dan Idep.
“Ada suara genta, ada mantra, ada pikiran yang menguatkan suara itu. Bayu, Sabda, Idep itu harus disucikan dalam pikiran manusia,” sebut Agung Manik Danendra AMD yang dikenal juga sebagai Pejuang Hindu Nusantara karena banyak membantu pembangunan pura di luar Bali dan selalu konsisten dengan berbaginya dengan tagline “AMD Milik Kita: Bersama Mewujudkan Pembangunan Bali yang Pro Kemakmuran Rakyat” dan dinilai sebagai sosok yang tepat memimpin Bali, sosok yang paling berani nindihin jagat Bali.
Agung Manik Danendra AMD mengatakan lebih lanjut dalam kesempatan yang berbahagia keluarga besar Puri Agung Tegal Denpasar bersama dengan AMD Center, memberikan Genta Kebangsaan berlapis emas kepada Rumah Kebangsaan dan Kebhinekaan. Maknanya adalah melalui suara genta tersebut kita bisa menggaungkan nilai-nilai suci kebangsaan sehingga dapat dikumandangkan dari rumah kebangsaan. Menurutnya nilai kebangsaan tersebut adalah jiwa dan tanpa memiliki nilai-nilai kebangsaan tentunya kita tidak punya roh dalam berbangsa dan bernegara.
“Dan kita ketahui kalau genta itu dibunyikan atau disuarakan, pasti menggunakan tangan kiri, artinya dekat dengan jantung. Artinya inilah kehidupan, jantung, detak jantung. Kita ingin sekali dekat dengan nilai kebangsaan itu. Karena nilai kebangsaan itu adalah jiwa, dimana tanpa kita mempunyai nilai-nilai kebangsaan, tentunya kita tidak punya roh dalam berbangsa dan bernegara,” paparnya.
Agung Manik Danendra AMD kemudian mengungkapkan alasannya mengunjungi Rumah Kebangsaan yang momennya bertepatan dengan Hari Puputan Badung. AMD menjelaskan kehadirannya di Rumah Kebangsaan adalah untuk menjalin tali silaturahmi dengan pihak Rumah Kebangsaan. AMD menyebut Rumah Kebangsaan tersebut dibangun dengan konsep idealisme yang luar biasa, yakni dari 45 batu dan 45 Tirta di seluruh Nusantara.
“Kalau saya mengatakan ini sangat luar biasa. Kami hadir ke sini, yang pertama adalah untuk menjalin silaturahmi,” ujar Agung Manik Danendra AMD yanga selama ini dikenal sebagai sosok yang humanis, namanya harum dan viral berkat berbagai aksi sosial kemanusiaan dengan tidak henti-hentinya berbagi dan beryadnya, memiliki pengalaman organisasi, intelektual tinggi dan disegani kaum millenial sehingga sangat layak menjadi Bali Satu memimpin Bali.
Ditambahkannya dengan kehadiran keluarga besar Puri Agung Tegal Denpasar Pemecutan dan AMD Center di Rumah Kebangsaan bisa menginspirasi generasi muda, millenial dan generasi Z untuk bisa seterusnya membangun bangsa dan negara serta membangun Bali dengan nilai-nilai kebangsaan yang ada.
“Artinya dengan nama rumah kebangsaan, rumah kebhineka tunggal ikaan, beragam suku, daerah, berada di dalam satu wadah rumah kebangsaan. Sangat luar biasa. Jadi saya datang ke sini dengan aura yang sangat bagus. Tempat yang pasti akan menjadi tempat legendaris,” ujarnya.
Saat ditanya alasan memilih tanggal bersejarah yakni 20 September yang merupakan hari Puputan Badung untuk berkunjung ke Rumah Kebangsaan, Agung Manik Danendra AMD menceritakan bagaimana heroiknya perjuangan para pahlawan berperang secara Puputan untuk mempertahankan wilayah, membela tanah air agar tidak tertindas oleh penjajahan Belanda.
“Tanggal hari ini adalah 20 September. Kalau dumun 117 tahun yang lalu, yaitu 20 September 1906. Berarti runtuhnya kerajaan Badung, yang diikuti juga dengan jatuhnya Bali di tangan penjajahan Belanda. Jadi sangat heroik. Tentunya titiang belum lahir pada saat itu. Tapi cerita dari leluhur nike adalah sangat luar biasa, sangat heroik sekali, dimana itu perang habis-habisan mempertahankan daerah, membela tanah air supaya tidak tertindas oleh penjajahan,” beber tokoh bangsawan berdarah biru trah Raja yang dikenal sangat dekat dengan anak-anak muda ini.
AMD berharap jiwa-jiwa patriotisme tersebut bisa ditanamkan kepada generasi-generasi berikutnya, tidak hanya pada saat terjadi penjajahan, tetapi juga dalam pembangunan daerah, pembangunan bangsa dan negara. “Sehingga titiang sebagai yang senior, kita harus juga memberi suri tauladan kepada generasi berikutnya dengan jiwa patriotik tersebut. Itulah kenapa titiang sekeluarga, dengan doa bersama tadi pada tanggal yang bersejarah ini berkunjung ke rumah kebangsaan,” terang Agung Manik Danendra AMD yang dikenal sebagai tokoh yang lahir dari keluarga Puri yang dekat dengan semua lapisan masyarakat dan Cucunda tokoh legenda dua jaman I Gusti Ngurah Oka Pugur Pemecutan ini.
Terkait dengan refleksi Puputan Badung, Agung Manik Danendra AMD mengatakan melihat suasana kebangsaan saat ini memang jiwa kebangsaan, kebersamaan dan jiwa gotong royong tersebut harus segera ditumbuhkan, mengingat pesatnya perkembangan teknologi, gadget dan sebagainya. Dan tugas ini menurut AMD tidak bisa dilakukan oleh satu orang saja, tetapi semua orang. Agung Manik Danendra AMD mengatakan lebih lanjut bahwa untuk refleksi kedepannya ia sangat berharap untuk bagaimana nantinya generasi berikutnya harus ditanamkan jiwa-jiwa kebangsaan tersebut.
“Ini bagus sekali dari saudara Udi ada rumah kebangsaan ini. Makanya kenapa ada genta tadi untuk menggaungkan rumah kebangsaan itu sehingga di sini ada tempat seminar, perpustakaan, ada tempat untuk berkumpul, ini sangat baik sekali,” sambung Agung Manik Danendra AMD yang merupakan putra dari tokoh pendidikan Bali, Ayahndanya adalah pejuang kemerdekaan RI sebagai Ketua Legium garis depan dengan mendapatkan bintang gelar kehormatan dari Presiden Soeharto.
“Kita berharap sekali kedepannya ini terus dikembangkan, dilestarikan dan digaungkan terus sehingga seperti yang dikatakan Panglingsir Puri, tidak hanya cukup di sini, tapi seterusnya. Refleksi kedepannya kita berharap sekali supaya ini menjadi contoh yang suri tauladan untuk jiwa kebangsaan anak-anak muda,” sambungnya.
Sementara terkait dengan persoalan kebangsaan yang krusial yang dihadapi bangsa saat ini, terlebih lagi Indonesia tengah memasuki tahun-tahun politik, Agung Manik Danendra AMD mengatakan bahwa masyarakat saat ini sudah cerdas. Mereka bisa menilai di sana, mana tokoh yang memang sekedar untuk mencari panggung dan mana tokoh yang benar-benar ingin mewujudkan idealisme. Jadi masyarakat akan melihat track record yang bersangkutan.
“Kalau saya melihat, ini rekan saya Udi ini kan sudah dari sejak mahasiswa aktivis ya, ketua senat ya, beliau juga tau saya aktivis nggih. Jadi itu kalau sudah track record dari awal itu sudah inikan ya mungkin orang akan menilai bahwa yang mana memang itu hanya sekedar untuk mencari panggung dalam politik, yang mana sekedar memang untuk mewujudkan idealisme, itu berbeda. Karena seperti saudara Udi ini pasti itu mewujudkan idealisme. Itu tidak akan bisa putus karena dari mahasiswa memang sudah menjadi aktivis. Biarkan masyarakat yang menilai,” beber tokoh muda Bali yang tidak suka pamer, low profile dan gemar berbagi, membantu pembangunan pura di nusantara hingga viral dengan sebutan The Real Sultan Dermawan Bali ini.
Di sisi lain wartawan masih penasaran dengan rencana gugatan Rp 22 Triliun yang rencananya dilayangkan Agung Manik Danendra AMD kepada Gubernur Bali Wayan Koster ketika masih aktif menjabat jika berani menerbitkan Perda Larangan Mendaki Seluruh Gunung di Bali. Sedangkan faktanya hingga habis masa jabatan Koster sebagai Gubernur Bali, Perda tersebut tak kunjung diterbitkan oleh Koster. Netizen pun menilai batalnya diterbitkan Perda Larangan Mendaki Seluruh Gunung di Bali karena Koster takut dengan gugatan Rp 22 triliun dari Agung Manik Danendra AMD.
Agung Manik Danendra AMD yang hendak naik ke mobilnya dikejar-kejar dan dicegat wartawan kemudian langsung dicecar dengan pertanyaan soal kejelasan nasib gugatan Rp 22 triliun tersebut. Saat ditanya wartawan terkait hal tersebut, Agung Manik Danendra AMD memberikan penjelasan yang gamblang. Dikatakannya bahwa gugatan tersebut akan dikeluarkan Jika Perda Larangan Mendaki Gunung di Bali diterbitkan.

Agung Manik Danendra AMD menambahkan bahwa perbuatan melawan hukum oleh penguasa tersebut bisa digugat. Namun Agung Manik Danendra AMD kembali mengatakan bahwa gugatan tersebut tidak dikeluarkan karena Wayan Koster tidak menerbitkan Perda larangan mendaki gunung di Bali.
“Gugatan itu kan sebenarnya kalau sudah ada Perda, produk hukumnya keluar, itu boleh di gugat. Itu dalam hukum dibolehkan, jadi itu onrechtmatige overheidsdaad. Jadi dibolehkan. Perbuatan melawan hukum ya. Dan kita harus buktikan, apakah memang apa yang disampaikan dengan Perda larangan gunung itu sesuai dengan kondisi di Bali? Kan seperti itu. Apakah memang benar banyak yang mendukung? Mana yang lebih banyak mendukung atau yang menolak. Nah nanti kan kita buktikan di pengadilan. Tapi kan sekarang masalahnya beliaunya tidak melakukan itu,” paparnya.
Saat ditanya wartawan terkait anggapan publik yang menyebut Wayan Koster takut digugat 22 triliun, Agung Manik Danendra AMD meminta para wartawan menanyakan hal tersebut kepada yang bersangkutan. “Masalah takut enggak takut tanyakan kepada Pak Koster ya. Kita kan hanya berusaha,” ungkap Agung Manik Danendra AMD.
Sementara terkait dengan hubungannya dengan Wayan Koster, khususnya pasca-Koster sudah tidak menjabat lagi sebagai Gubernur Bali, Agung Manik Danendra AMD menegaskan bahwa hubungannya dengan mantan Gubernur Bali tersebut baik-baik saja dan justru dirinya mengaku menghormati Wayan Koster sebagai mantan Gubernur Bali.
“Oh masih tetap bagus. Kita menghormati beliau sebagai mantan Gubernur. Kalaupun misalnya Perda tidak dibuat ya kita juga tidak bisa melakukan gugatan apa,” ungkapnya.
Agung Manik Danendra AMD lantas menyebut tidak diterbitkannya Perda Larangan Mendaki Seluruh Gunung di Bali tersebut sebagai kemenangan rakyat Bali.
“Mungkin itu seperti yang pernah saya bilang, artinya kemenangan rakyat Bali,” pungkasnya.
Sumber: Rilis
Editor: Ngurah Dibia