Mau Lamar Kerja? IPK hanya Kriteria Ke-9
Foto: Narasumber dan peserta seminar sehari bertema Merebut Peluang Bisnis di Era Digital yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa (Himas) NTT ITB STIKOM Bali di Ruang 1928 Kampus ITB STIKOM Bali, Renon, Denpasar, Sabtu (02/12/23). (Hms)
Denpasar | barometerbali – Prestasi akademik yang ditunjukkan dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) tinggi bukanlah jaminan memudahkan seseorang fresh graduated memperoleh pekerjaan. Berdasarkan hasil penelitian beberapa lembaga survei kepada perusahaan yang akan melakukan rekruitmen, IPK hanyalah kriteria ke-9 yang dibutuhkan dunia usaha.
Hal itu dikatakan dosen ITB STIKOM Bali Dedy Panji Agustino, S.Kom, M.MSI, CSA, dalam seminar sehari bertema Merebut Peluang Bisnis di Era Digital yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa (Himas) NTT ITB STIKOM Bali di Ruang 1928 Kampus ITB STIKOM Bali, Renon, Denpasar, Sabtu (02/12/23) sore.
Menurut Panji Agustino, kriteria yang dibutuhkan dunia usaha dari seorang fresh graduated perguruan tinggi adalah soft skill khususnya communication skill, team work, disiplin, dan lainnya.
“Sedangkan IPK hanyalah kriteria ke-9. Jadi adik-adik jangan terlena dengan IPK tinggi. Tidak ada artinya punya IPK tinggi tapi tidak bisa berkomunikasi secara baik dengan orang lain maka sulit mendapatkan pekerjaan, kecuali membangun usaha sendiri,” tandas Panji Agustino.
Menurutnya, kemampuan communication skill itu menjadi syarat penting ketika seorang fresh graduated ingin membangun startup atau bisnis rintisan berbasis teknologi. Panji Agustino kemudian memaparkan beberapa tips untuk membangun startup.
“Siapkan diri, apakah anda termasuk legacy, necesity, or opportunity entrepreneur, lakukan riset, bangun tim yang solid dengan orang-orang yang tepat, tentukan pendanaan yang akan dituju, bentuk legalitas, bangun customer base, dan dengarkan customer feedback,” pesan Panji Agustino.
Dia menguraikan, kunci dari semua itu ada pada tim yang solid. “Harus ada orang yang bertugas untuk menyusun tampilan visual dan desain produk, harus ada orang yang mengerti bisnis agar startup dikelola secara profesional, dan terakhir harus ada orang yang mempunyai kemampuan public speaking yang baik untuk mempromosikan startup. Tanpa public speaking yang baik maka startup tak akan dilirik investor karena pola pendanaan startup berbeda dengan UKMK yang bisa menggunakan bank, sedangkan startup lebih mengandalkan investor,” urai Panji Agustino.
Narasumber lain yang juga dosen ITB STIKOM Bali adalah Pande Putu Gede Putra Pertama, ST., MT membawakan materi tentang Teknologi di Era Digital. Menurut Pande Putra Pertama, perkembangan teknologi digital yang begitu cepat setiap saat membawa perubahan budaya manusia, termasuk dalam berbisnis. Sebuah bisnis yang tak mau transformasi ke digitalisasi akan kalah bersaing dan lambat laun mati dengan sendirinya.
“Lihat saja, toko-toko konvensional yang ada sudah mulai tergantikan oleh model bisnis marketplace, taksi dan ojek tradisional posisinya sudah tergeser dengan moda-moda berbasis online,” terang Pande Putra Pertama.
Pande Putra Pertama menjelaskan, sesuai defenisih, digitalisasi adalah media elektronik yang digunakan untuk melakukan perubahan yang berhubungan dengan penerapan teknologi, seperti menyimpan dan menerima informasi. Menurut Pande Putra Pertama, transformasi pekerjaan apapun dari konvensional ke digitalisasi saat ini sangat masif seiring dengan tingkat penetrasi internet di Indonesia. Survei Internet Indonesia tahun 2023 menunjukkan, pengguna internet di Indonesia mencapai 78,19 persen atau 215.626.156 orang dari total penduduk sebanyak 275.773.901. Sementara lima besar pengguna media sosial Indonesia adalah Youtube 65, 41%, Facebook 60,24%, Instagram 30.51%, TikTok 26,80%, dan WhatsApp 1,57%.
Sebelumnya, Pembina Himas NTT ITB STIKOM Bali Rahman Sabon Nama, SE yang membuka seminar ini mengatakan, seminar ini bertujuan untuk meningkatkan wawasan mereka sehingga mampu merebut peluang bisnis di era digital ini, sekaligus melatih mereka untuk mau berbicara dan mengajukan argumentasi. “Secara akademik, mahasiswa NTT ini tidak jelek-jelek amat, kelemahannya mereka kurang berkomunikasi dengan orang lain, saya berharap melalui seminar ini mereka bisa berinteraksi dengan dosennya lebih ientens terutama berdiskusi tentang dunia digital, ” ujar Rahman Sabon Nama.
Ketua panitia seminar, Kriditanto Andelo Umbu Wunu menerangkan seminar sehari ini diikuti 40 mahasiswa ITB STIKOM Bali asal NTT. “Saya berterima kasih kepada Pak Panji dan Pak Pande yang mau memberikan materi sangat penting ini kepada kami,” kata Kriditianto. Hal senada disampaikan Ketua Himas NTT ITB STIKOM Bali, Mathew James Come Rihi.
“Seminar ini sangat penting untuk meningkatkan wawasan kami tentang dunia digitalisasi dan startup,” ucap James Rihi, panggilannya. (213)
Editor: Ngurah Dibia