Tuesday, 29-04-2025
Sosbud

Angga Wijaya Luncurkan Antologi Puisi “[Bukan] Anjing Malam”

Ket foto: I Made Sujaya, dosen sastra, penulis dan mantan wartawan, membedah buku kumpulan puisi “[Bukan] Anjing Malam” karya Angga Wijaya digelar Yayasan Bali Bersama Bisa, Jalan I Wayan Gentuh X No. 8, Dalung, Kuta Utara, Badung, Rabu (24/7/2024). (Sumber: barometerbali/213)

Badung | barometerbali – Peluncuran buku kumpulan puisi “[Bukan] Anjing Malam” karya Angga Wijaya, Rabu (24/7/2024) berlangsung semarak. Acara yang digelar di Yayasan Bali Bersama Bisa, Jalan I Wayan Gentuh X No. 8, Dalung, Kuta Utara, Badung, tersebut diisi dengan pembacaan puisi serta diskusi dengan narasumber I Made Sujaya, dosen sastra dari Universitas PGRI Mahadewa Indonesia.

Sujaya, yang juga seorang penulis dan mantan wartawan, membedah buku kumpulan puisi [Bukan] Anjing Malam dengan sangat baik. Ia juga memberi beberapa masukan terhadap karya-karya puisi Angga Wijaya yang mana sejak 2018 telah menulis tujuh buku kumpulan puisi.

“Saya tidak mau orang melihat Angga Wijaya dan sajak-sajaknya hanya dari sisi dia adalah seorang penyintas skizofrenia. Sajak-sajaknya sama dengan penulis lain dan tidak terlihat bahwa dia seorang penyintas,” ungkap Sujaya yang pernah menjadi redaktur sastra sebuah koran di Bali.

Sujaya pun ingin, Angga Wijaya dalam buku-buku puisi selanjutnya melakukan pendekatan tematik, jadi dalam sebuah buku memiliki warna atau tema yang sama.

“Misalkan saja sajak-sajak Angga bertema Islami yang pernah saya tulis ulasannya. Itu sangat bagus, di tengah isu primordial di Bali yang kini mengemuka. Menjadi apresiasi dari Angga yang lahir di keluarga Hindu tentang agama Islam,” katanya.

Meskipun itu bukan sesuatu yang baru, imbuh Sujaya, karena pernah juga ditulis oleh pujangga zaman dahulu misalnya saja pada Geguritan Nabi Yusuf atau Geguritan Muhammad, yang menggambarkan harmoni antara Hindu dan Islam di Bali pada masa lampau.

Ket foto: I Made Sujaya (kiri), penulis dan mantan wartawan, membedah buku kumpulan puisi [Bukan] Anjing Malam karya Angga Wijaya (tengah) digelar Yayasan Bali Bersama Bisa, Jalan I Wayan Gentuh X No. 8, Dalung, Kuta Utara, Badung, Rabu (24/7/2024). (Sumber: barometerbali/213)

Sujaya mengaku menyukai sajak-sajak Angga Wijaya karena ia menggunakan bahasa yang sederhana dan bisa dinikmati semua kalangan, tidak hanya bagi mereka yang menyukai dan menekuni sastra Indonesia.

“Dengan bahasa sederhana itu, sajak-sajak Angga mampu menyampaikan pesan tentang cinta, kesepian maupun pengalamannya sebagai penyintas skizofrenia. Itu di sisi lain justru bisa menjadi stigma. Ini yang perlu dipikirkan kembali oleh Angga, penyair asal Negara, Jembrana ini,” sebut Sujaya yang banyak meneliti tentang karya sastra penulis di Bali.

Sementara itu, Angga Wijaya selaku penulis mengatakan bahwa menulis baginya merupakan sebuah terapi dan medium katarsis, terutama pada masa-masa pemulihan dari skizofrenia, gangguan mental yang ditandai dengan halusinasi, waham atau delusi dan kekacauan pola pikir.

“Dengan pengobatan medis ditambah dengan terapi menulis, saya saat ini telah stabil dan pulih. Saya ingin orang lain bisa percaya dan yakin bahwa pengidap skizofrenia atau jenis lain gangguan mental bisa pulih, asalkan rutin berobat dan mencari support system yang bisa mendukung mereka untuk pulih,” jelas wartawan media online di Denpasar ini.

Untuk itu, kata Angga Wijaya, penyematan dirinya sebagai seorang penyintas skizofrenia dilakukan dengan sadar, walaupun terdapat resiko yakni orang atau pembaca akan selalu menghubungkan dirinya dengan skizofrenia.

“Hal itu saya lakukan untuk meruntuhkan stigma terhadap penyintas gangguan mental yang sering dianggap tak punya masa depan, berbahaya, atau tidak mungkin bisa pulih. Di sini letak pentingnya ada komunitas seperti Yayasan Bali Bersama Bisa sebagai support system,” ucap Angga Wijaya yang merupakan salah satu pendiri Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI) simpul Bali.

Pada sesi diskusi, beberapa peserta bertanya tentang proses kreatif Angga Wijaya dalam menulis puisi. Ada juga yang berbagi pengalaman mempunyai kesukaan pada puisi sejak kanak-kanak dan remaja, serta ingin kembali melakukan aktivitas menulis yang telah lama ditinggalkan, Sujaya dan Angga pun berbagi pengalaman mereka sebagai penulis.

Peluncuran buku kumpulan puisi [Bukan] Anjing Malam dilanjutkan dengan ‘Connections Night” atau Malam Keakraban yang menjadi program rutin Yayasan Bali Bersama Bisa setiap hari Rabu. Dalam program ini, masing-masing peserta berbagi tentang apa yang mereka rasakan dan mengobrol dari hati ke hati, untuk kesehatan mental yang lebih baik dan persahabatan antara sesama manusia. (213)

Editor: Ngurah Dibia

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button