Berkat Sambiloto, Indira Dharmasamitha Sabet Gelar Doktor Pertama dengan Metode Riset
Lewat Disertasi “Pengembangan Emulgel Ekstrak Andrographolid sebagai Pengobatan Topikal pada Psoriasis”

Kolase foto: dr. Indira Dharmasamitha, Sp.D.V.E berhasil meraih gelar Doktor Pertama lewat Metode Riset dengan Predikat Cumlaude dalam Ujian Promosi Doktor dengan disertasi berjudul “Pengembangan Emulgel Ekstrak Andrographolid sebagai Pengobatan Topikal pada Psoriasis” berlangsung di Gedung Pascasarjana Unud, Rabu (15/1/2025). (barometerbali/213)
Denpasar | barometerbali – Berkat sambiloto, dr. Indira Dharmasamitha, Sp.D.V.E berhak menyandang gelar Doktor dengan Predikat Cumlaude pada Program Studi Doktor lImu Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Udayana (Unud) Program by Research dalam Ujian Promosi Doktor dengan disertasi berjudul “Pengembangan Emulgel Ekstrak Andrographolid sebagai Pengobatan Topikal pada Psoriasis” berlangsung di Gedung Pascasarjana Unud, Rabu (15/1/2025).
Acara ini menjadi sejarah bagi program doktor Fakultas Kedokteran dan Universitas Udayana karena Indira adalah doktor pertama dengan metode riset dengan Promotor, Prof. Dr. rer. Nat.Drs I Made Agus Gelgel Wirasuta, Apt, M.Si didampangi Kopromotor I, Dr. dr. Luh Made Mas Rusyati, Sp.KK(K), FINSDV, dan Kopromotor II, Dr. dr. Dyah Kanya Wati, Sp.A (K).
Dalam pemaparan disertasinya Indira menyatakan berhasil membuat produk obat penyakit kulit psoriasis dengan bahan alami alam ekstrak sambiloto.
“Andrographis paniculata atau sambiloto adalah tanaman obat yang dikenal memiliki sifat antiinflamasi dan imunomodulator. Tanaman ini telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional, dan potensi terapeutiknya menunjukkan bahwa ekstrak sambiloto dapat menjadi terapi yang menjanjikan dalam pengobatan psoriasis,” ungkap putri dari Dr. I Ketut Gede Darma Putra, seorang pakar lingkungan dan akademisi dari Unud ini.
Dijelaskan studi tersebut sebelumnya telah mendapatkan hibah disertasi doktor pada tahun 2023 dan 2024. Hasil riset akan diajukan menjadi produk Obat Herbal Terstandar (OHT) ke BPOM yang telah mendapatkan kerja sama dengan farmasi yang tersertifikasi CPOTB Full Aspek yaitu PT. Genero dalam produksi emulgel andrographolid sehingga dapat melanjutkan studi ini ke jenjang yang lebih tinggi.
Lebih lanjut Indira menerangkan psoriasis adalah sebuah kondisi peradangan kulit kronis yang memengaruhi 1-3% populasi dunia. Psoriasis dapat menyebabkan masalah psikologis, endokrin, dan kardiovaskular. Penyakit ini umumnya menyerang daerah seperti siku, lutut, kulit kepala, punggung, pusar, dan daerah lumbar, dan ditandai dengan plak merah yang jelas serta sisik putih keperakan yang tebal.
“Hingga saat ini, krim kortikosteroid topikal menjadi terapi utama untuk mengobati peradangan kulit pada psoriasis vulgaris. Namun, penggunaan kortikosteroid jangka panjang dapat menimbulkan efek samping seperti atrofi kulit, penipisan kulit, dan gangguan pada kelenjar adrenal. Oleh karena itu, para peneliti mencari alternatif nonkortikosteroid dengan efek antiinflamasi yang lebih sedikit efek sampingnya. Salah satu senyawa aktif yang dipertimbangkan adalah andrographolid, yang berasal dari tanaman andrographis paniculata (sambiloto). Senyawa ini diketahui memiliki potensi antinflamasi,” papar Indira.
Salah satu senyawa aktif utama dalam sambiloto adalah andrographolid, yang diketahui dapat menghambat jalur sinyal NF-kB dalam sel imun dan keratinosit, mengurangi produksi sitokin pro-inflamasi seperti IL-17, IL-23, dan TNF-a, yang berperan penting dalam peradangan dan proliferasi sel kulit.

Tak hanya itu, sambiloto menurut Indira memiliki berbagai manfaat farmakologis, termasuk efek antinflamasi, antiangiogenik, antikanker, antimalaria, hepatoprotektif, dan imunomodulator, yang sebagian besar terkait dengan kandungan andrographolid. Oleh karena itu, ekstrak sambiloto dan formulasi emulgel andrographolid berpotensi sebagai bahan terapeutik untuk berbagai kondisi kulit dan penyakit.
“Andrographolid diketahui dapat mengurangi ekspresi gen TNF-a, IL-6, dan IL-1 yang terkait dengan patogenesis psoriasis, yang dipicu oleh sitokin proinflamasi seperti lIL-23, IL-6, IL-1, dan TNF-a. Dalam perbandingan simulasi siliko, efek andrographolide menunjukkan ikatan yang lebih kuat dibandingkan dengan deksametason,” rinci Indira.
Penelitian ini juga telah melihat efektivitas andrographolid sebagai agen antiinflamasi melalui kajian literatur dari berbagai studi in vivo yang diterbitkan. Pencarian dilakukan melalui PubMed/Medline, Science Direct, dan Cochrane hingga September 2022. Enam studi in vivo dimasukkan dalam analisis ini. Meskipun sudah ada beberapa penelitian mengenai manfaat andrographolid dalam mengobati penyakit inflamasi seperti asma, artritis rheumatoid, dan penyakit radang usus, pemanfaatannya dalam dermatologi, khususnya psoriasis, masih terbatas.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa ekstrak sambiloto melalui proses maserasi dapat menghasilkan rendemen yang cukup tinggi dan kandungan andrographolid yang signifikan. Formulasi emulgel andrographolid dengan viskositas dan adhesi yang optimal menunjukkan efektivitas baik dalam aplikasi topikal, dengan penetrasi yang stabil dan kemampuan terapeutik yang menjanjikan untuk pengobatan berbagai masalah kulit.
“Dengan ini saya berharap nanti dapat terwujud suatu ekosistem inovasi dalam pengembangan produk yang terdiri dari bahan baku, teknologi, regulasi, serta klinis dan ekonomi sehingga hilirisasi hasil riset di lingkungan Universitas Udayana dapat terpenuhi,” tutup dr. Indira Dharmasamitha, Sp.D.V.E. (213)