Barometer Bali | Denpasar – Badan Karantina Indonesia (Barantin) melalui Balai Besar Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan Bali (Karantina Bali) mencatat adanya lonjakan ekspor komoditas vanili pada triwulan ketiga tahun 2025. Dari data sertifikasi Karantina Bali, tercatat ekspor vanili hingga bulan ini sebanyak 126 ton dengan total nilai ekspor sebesar 56,5 milyar rupiah.
“Nilai itu meningkat, terutama pada triwulan ketiga ini, pada triwulan pertama jumlahnya sekitar 14 miliar, sedangkan triwulan ketiga ini sebanyak 28,7 miliar,” ungkap Heri Yuwono, Kepala Karantina Bali melalui keterangan tertulisnya pada Senin (6/10) di Denpasar.
Menurut Heri, beberapa negara tujuan ekspor vanili dari pulau dewata tersebut diantaranya adalah Amerika Serikat, Australia, Jerman, dan Jepang. Ia menegaskan bahwa, Karantina Bali terus mendukung dan memberikan pelayanan terbaik untuk kelancaran ekspor vanili dan komoditas karantina lainnya. Memastikan bahwa komoditas yang akan diekspor dari Bali aman, bebas hama dan penyakit, serta memenuhi persyaratan sanitari dan fitosanitari negara tujuan.
Lebih lanjut ia juga menjelaskan bahwa vanili merupakan salah satu komoditas ekspor yang sangat menjanjikan. Si emas hijau dari Indonesia tersebut memiliki kadar vanilin yang tinggi dan aroma yang kuat, tak heran kalau banyak diminati. Indonesia juga menjadi produsen vanili terbesar kedua di dunia setelah Madagaskar.
Lebih lanjut, Heri menyampaikan bahwa Barantin melalui Karantina Bali berkomitmen untuk mendukung program prioritas pemerintah yaitu mendukung ketahanan pangan serta perdagangan global.
“Peningkatan layanan melalui digitalisasi, peningkatan SDM, analisis labiratorium yang berkualitas, juga sinergi antar lembaga terutama di tingkat daerah akan terus kami lakukan, termasuk pendampingan pelaku usaha agar komoditasnya memenuhi persyaratan karantina negara tujuan,” pungkas Heri. (rah)