Barometer Bali |Denpasar – Banjir besar yang melanda Kota Denpasar dan sejumlah kabupaten di Bali pada Rabu, (10/9/2025), menjadi duka kolektif masyarakat. Pemerintah pusat, Provinsi Bali, hingga kabupaten/kota saat ini tengah berfokus pada pemulihan dan penanganan korban, baik yang meninggal dunia maupun yang terdampak secara materiil.
Dalam situasi ini, masyarakat diimbau untuk menahan diri, termasuk politisi, aktivis, maupun tokoh masyarakat. Kritik dan serangan terhadap pemerintah sebaiknya dihentikan sementara, agar fokus tetap pada upaya pemulihan. Setelah penanganan darurat selesai, barulah duduk bersama mencari solusi dan mengurai penyebab banjir terparah yang pernah melanda Bali.
Hal itu disampaikan Ketua Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Provinsi Bali, Emanuel Dewata Oja atau Edo, saat ditemui di Denpasar, Jumat (12/9/2025).
“Ini duka kita bersama. Mari kita dukung penuh langkah pemulihan yang dilakukan pemerintah. Jangan dulu menyalahkan pejabat seperti gubernur, wali kota, atau bupati. Waktu untuk kritik pasti ada, tapi bukan sekarang,” tegas Edo.
Edo juga menyinggung kritik yang sempat dilontarkan Anggota DPD RI Ni Luh Jelantik kepada Gubernur Wayan Koster. Menurutnya, kritik memang penting, tetapi saat ini lebih bijak menyimpannya terlebih dahulu.
“Saya kenal Bu Luh Jelantik, pemikirannya bagus dan kritis. Tapi saat ini mari kita bersama-sama mendukung upaya pemulihan. Setelah situasi kondusif, silakan kritisi kebijakan gubernur agar bisa lebih baik ke depan. Media tentu akan mendukung kritik yang konstruktif,” tambahnya.
Selain itu, Edo mengingatkan media di Bali untuk lebih banyak menyoroti sisi positif pemulihan bencana, ketimbang hanya memuat pernyataan bernada menyalahkan pemerintah.
“Kurangi dulu berita yang hanya menyerang. Perbanyak konten edukatif yang mendukung recovery bencana, agar pemerintah mendapat masukan progresif melalui media,” tutupnya. (red)