Webinar Sentir Institute, Kupas Pelestarian Budaya di Era Digital

Denpasar | barometerbali – Yayasan Sentir Bali melalui Sentir Institute mengadakan Webinar dengan topik “Pelestarian Budaya dalam Perubahan Digital” secara virtual melalui aplikasi Zoom Meeting pada Sabtu, (13/11/2021).

Hadir dalam webinar tersebut tiga pembicara, yaitu Prof. Sunyoto Usman (Guru Besar Sosiologi UGM), AAGN Ari Dwipayana (Koordinator Staf Khusus Presiden & Yayasan Puri Kauhan Ubud) dan Savitri Sastrawan (Founder Rupa Bali). Pada webinar hari ini juga dihadiri langsung secara daring oleh Duta Besar Indonesia untuk Zimbabwe & Zambia, Dewa Sastrawan.

Acara dibuka oleh Ketua Yayasan Sentir, Anak Agung Gede Rai Sahadewa dalam sambutannya mengatakan bahwa webinar yang dilaksanakan pada hari ini adalah sebagai suatu wujud dan fokus yayasan terhadap isu budaya dan juga sebagai rentetan HUT ke-7 Yayasan Sentir Bali. “Semoga dapat memberikan dampak positif bagi para peserta terhadap pelestarian budaya yang ada,” harapnya.

Berita Terkait:  Oknum NTT Bikin Rusuh! Tokoh Flobamora Bali: Polisi Silakan Tangkap

Ketiga pembicara memaparkan materi terkait dalam waktu kurang lebih selama 50 menit yang dilanjutkan dengan sesi diskusi yang melibatkan para peserta webinar.

AAGN Ari Dwipayana memaparkan bahwa budaya dan teknologi merupakan dua entitas yang sering dikatakan berseberangan namun sebenarnya bisa saling memperkuat satu sama lain. Jepang, Korea Selatan, China, menjadi negara yang maju karena memiliki pondasi budaya yang kuat yang membentuk masyarakat di daerah tersebut.

“Kebudayaan bukan merupakan suatu hal yang statis, melainkan sebagai proses yang terus berkembang dan dapat menjawab tantangan jaman (relevan). Kebudayaan Bali tidak bisa dilihat secara artifical namun juga harus digali maknanya hingga menemukan inti jiwa dari kebudayaan Bali tersebut,” tutur Ari Dwipayana yang saat ini juga mengelola Yayasan Puri Kauhan Ubud.

Berita Terkait:  Terseret Arus Pantai Biaung, Jenazah Kakek Mura Terdampar di Pantai Padanggalak

Profesor Sunyoto Usman juga mendukung apa yang dikatakan oleh AAGN Ari Dwipayana. Dalam webinar kali ini Prof. Sunyoto menjelaskan terkait penetrasi teknologi digital yang membuat perubahan sosio kultural yang berdampak signifikan terhadap kehidupan sosial, ekonomi, politik dan kebudayaan serta berdampak positif dan negatif seperti munculnya banyak bisnis start-up sedangkan banyak warung-warung kecil yang bangkrut.

Dampak dari penetrasi digital membuat terjadinya variasi gap antara das sollen versus das sein, perbedaan gap dapat diidentitifkasi oleh waktu, tempat dan sistem, serta dapat mengubah tantangan menjadi peluang.

Berita Terkait:  Diduga Melakukan Orderan Fiktif Seorang Pria Ditangkap Driver Ojol

Founder Bali Rupa Savitri Sastrawan yang menjadi pembicara terakhir memaparkan tentang definisi dan ragam budaya yang intangible dalam kehidupan masyarakat.

“Budaya yang intangible adalah budaya yang tidak dapat disentuh atau dipegang, tidak berwujud juga. Seperti tradisi atau ekspresi lisan, seni pertunjukkan, praktik sosial, ritual dan acara festival, pengetahuan dan praktik yang berhubungan dengan alam semesta dan keahlian tradisional,” urainya.

Dari pemaparan para pembicara dapat ditarik kesimpulan, ketiganya sepakat dan percaya bahwa budaya dan teknologi dapat berkolaborasi untuk menjawab tantangan zaman.

Webinar dilanjutkan dengan sesi diskusi sampai dengan selesai acara. (BB/501)

BERITA TERKINI

Barometer Bali merupakan portal berita aktual masyarakat Bali. Hadir dengan semangat memberikan pedoman informasi terkini seputar sosial, ekonomi, politik, hukum, pendidikan, pemerintahan, pariwisata, budaya dan gaya hidup. Visi kami sebagai barometer informasi terbaru masyarakat Bali. Misi kami menyuarakan kebenaran dan menyajikan berita independen, berimbang dan bermanfaat.

Member of:

SERIKAT MEDIA SIBER INDOENSIA (SMSI) PROVINSI BALI

Member of:

SERIKAT MEDIA SIBER INDONESIA (SMSI) PROVINSI BALI