Barometer Bali | Denpasar – Tidak ada yang pasti saat bersantap di Dapur Bali Mula.
Tempat makan ini menawarkan konsep berbeda: tidak ada menu tetap, harga makanan, atau jam operasional reguler.
Meski begitu, tempat makan tradisional di Bali ini tetap ramai pelanggan.
Setengahnya merupakan tamu domestik, sisanya tamu mancanegara.
Kebanyakan dari mereka mencari hal tidak biasa yang ditawarkan oleh Dapur Bali Mula, yakni pengalaman kuliner otentik yang berakar pada filosofi hidup di Bali.
Dapur Bali Mula hanya menawarkan menu makanan sesuai tangkapan nelayan hari itu, ketika tamu datang ke restoran ini.
Konsep catch of the day membuat Dapur Bali Mula tak bisa menjanjikan menu yang dapat dinikmati tamu.
Satu yang pasti, semua bahan makanan diolah menggunakan base genep.
“Base genep itu sebenarnya bukan genap dalam arti jumlah, tapi genap dalam rasa. Di lidah kita kan ada enam rasa: manis, asin, pahit, umami, asam, dan hambar,” kata perwakilan Dapur Bali Mula, Arief Hartawan, Kamis 2 Oktober 2025.
Bumbu khas Bali ini hadir di setiap lauk yang tersaji.
Dalam satu kunjungan, tamu diberikan empat hingga lima makanan berbeda.
Seperti sup ikan barakuda, cumi bumbu serapah, sate tusuk tuna, sate lilit barakuda, dan ikan timbungan.
Sebagai penutup, es daluman atau cincau khas Bali, juga disajikan untuk tamu.
Adapun pilihan minuman terdiri dari air mineral dan teh.
Tamu bebas pilih teh hangat, tawar, manis, maupun es.
Aneka boga bahari ini diantar oleh petani dan nelayan, lalu langsung diolah di area depan Dapur Bali Mula.
Seperti namanya, tempat ini mengekspos kondisi dapur tepat di halaman depan, dekat pintu masuk restoran.
Para tamu dapat menyaksikan langsung pembuatan menu restoran ini yang dimasak oleh tangan-tangan terampil.
“Karyawan yang kerja di sini itu enggak ada lulusan sekolah atau (pernah kerja) di hotel. Mereka warga lokal. Ada yang masak sambil nyeker, pakai sandal jepit, segala macam,” ujar Arief yang akrab disapa Oyik.
Bayar makanan seikhlasnya
Tadinya, Dapur Bali Mula tak mematok berapa pun bayaran dari tamu.
Sama halnya dengan konsep “menu rahasia”, pelanggan juga tidak diharuskan membayar sekian rupiah.
Namun, saat restorannya kian populer, tempat makan ini berakhir dikenakan pajak oleh pemerintah.
Konsep bayar makanan seikhlasnya berubah menjadi donasi atau sumbangan.
Tamu-tamu yang datang ke Dapur Bali Mula, setidaknya perlu memberi donasi minimum Rp 100.000 per orang usai bersantap di tempat ini.
“Rata-rata kalau bule ngasih lebih,” ungkap Oyik.
Stoples bening difungsikan sebagai wadah uang sumbangan di restoran ini.
Diletakkan dekat area makan utama, sekaligus tempat menyimpan arak bali.
Tidak selalu buka
Satu hal lagi yang menjadi pembeda Dapur Bali Mula dengan restoran lainnya.
Tempat makan ini tidak selalu buka setiap hari. Bila ingin bersantap di sini, pelanggan wajib melakukan reservasi lebih dulu, setidaknya dua hari sebelum datang.
Hal ini berkaitan dengan pemilik Dapur Bali Mula, yakni Gede Yudiawan yang kini aktif sebagai pemangku adat dan memiliki gelar sebagai Jero Mangku Dalem Suci.
Chef Yudi, begitu sapaannya, aktif sembahyang di pura suci pada hari-hari khusus di Bali.
Sesuai dengan garis patrilineal di Bali, Chef Yudi menjadi penerus keluarga dalam melaksanakan kegiatan adat di Bali.
“Kami menggunakan sistem reservasi karena kadang kami melakukan upacara adat dan Dapur Bali Mula akan tutup,” tutur Oyik, Sabtu 4 Oktober 2025.
Pada hari-hari kerja, sekitar 20-30 tamu akan bersantap di tempat ini.
Sementara saat akhir pekan, jumlahnya melonjak hingga 90 orang.
“Makanan (siang) keluar pukul 12.00 Wita, tapi biasanya pengunjung datang pukul 11.00 Wita. Mereka menikmati suasana dulu,” ujar Oyik.
Bila makanan belum siap disajikan, tamu bisa berkeliling area penginapan atau melihat langsung pembuatan makanan di dapur terbuka resto ini.
Kini tersedia panduan audio (audio guide) di beberapa titik restoran yang bisa dipindai, lalu didengar dalam 16 bahasa, termasuk Bahasa Indonesia, Melayu, Italia, dan Inggris, untuk membantu memahami area sekitar Dapur Bali Mula.
Mulai dari Area Masuk Dapur Bali Mula, Area Pengarakan, Dapur Tradisional Bali, Tingklik Music Area, dan Cooking Fun Area.
Tidak lupa membeli oleh-oleh berupa garam kusamba, serta arak bali dan gula merah cair yang dibuat dari buah lontar. (ari)











