Wednesday, 05-02-2025
Peristiwa

‘Launching’ Biografi, Daeng Ipung Pegang Teguh Petuah Ayah

Caption: Advokat dan Mediator Siti Sapurah yang kerap disapa Ipung (kiri) saat ‘launching’ biografinya didampingi putrinya Nadia Putri Septiari (kanan) Foto: ist/mcw

Denpasar | barometerbali – Sebuah biografi berjudul “True Story Mbak Ipung”, mengisahkan lika-liku perjalanan hidup penuh kepiluan tapi sarat makna dari seorang aktivis perempuan dan anak di Bali, Daeng Ipung atau Siti Sapurah akhirnya kelar di-launching, Selasa (29/3/2022) di Denpasar.

Biografi Ipung Ditulis Vivi

Biografi yang ditulis jurnalis Tri Vivi Suryani dengan nama lain Vivi Suryanitta ini mengungkapkan beragam peristiwa tragis, suka dan duka yang dialami Daeng Ipung. Kejadian demi kejadian menguji keteguhan mental melewati seabreg tantangan ketika menjalani hidup hingga berjuang membela keadilan diulas dalam buku setebal 185 halaman ini, terutama tentang kehidupan pribadinya yang penuh warna.

“Niat saya untuk membuat buku ini sudah sangat lama. Jauh sebelum menangani kasus Engeline (2015), saya sudah punya keinginan untuk membuat buku tentang saya,” ujar Ipung ditemani putri tunggalnya Nadia Putri Septiari.

Advokat dan mediator hukum yang dikenal berwatak keras dan gigih dalam mempertahankan prinsip yang dia yakini benar ini menjelaskan, jika nama aslinya adalah Daeng Ipung, anak dari Daeng Abdul Kadir (almarhum). Bukan Sapura atau Siti Sapurah seperti yang orang kenal selama ini.

Hidup Berubah Drastis

Daeng Ipung (Siti Sapurah/Siti Sapura) di antara buku biografinya (BB/ist)

Sepeninggal sang ayah, Daeng Ipung mengatakan jika kehidupannya berubah drastis dari putri seorang pengusaha sukses di Serangan, Denpasar, menjadi anak sebatang kara. Di usia 4 tahun, ia banting tulang menangkap nener (anak ikan bandeng) dan keong yang ada di pantai. Hal itu dilakukan tiga kali dalam sehari.

Tidak hanya itu, Daeng Ipung kecil juga mengurus pekerjaan rumah seperti mengepel lantai, mencuci piring dan pakaian, menyapu rumah dan lainnya.

“Setiap saat harus siap dihardik atau dipukul ketika tanpa sengaja ada gelas atau piring meluncur jatuh dari tangan saya,” tuturnya didampingi Vivi Suryanitta.

Dianiaya Orang Dekat

Peristiwa cukup tragis ia alami ketika usia 22 tahun. Saat itu ia hanya mengenakan pakaian tidur, mendadak ditarik dari kamar oleh orang-orang yang selama ini dianggapnya keluarga.

“Dengan tega mereka lalu menginjak-injak saya mulai dari kepala hingga kaki. Jangan ditanya rasa sakit dan luka hati yang saya alami. Setelah puas menginjak-injak, saya dilempar begitu saja di depan rumah,” bebernya.

Seminggu setelah dianiaya, Daeng Ipung nekat menenggak cairan pembasmi serangga. Namun ia hanya tidak sadarkan diri dan mati suri selama 4 hari dalam perawatan di RSUP Sanglah Denpasar.

Ipung Ingat Petuah Bapak

Daeng Ipung tak berhenti menyalahkan Tuhan, lantaran ingin mengakhiri hidup namun masih diberi nafas. Pada saat sadar usai mati suri, ia terngiang petuah almarhum ayahnya. “Jadilah orang kuat, berani, berani, selama kamu benar dan jujur”.

Di titik inilah, Daeng Ipung sadar ada maksud dari Tuhan kenapa selalu menjaga agar nafasnya tak terlepas dari raganya. Perlahan Daeng Ipung bangkit, petuah dari almarhum Daeng Abdul Kadir kemudian ia jadikan pegangan hidup hingga saat ini.

“Petuah Bapak, orang yang sungguh mencintai saya dengan segenap rasa yang dimilikinya. Petuah Bapak akhirnya menjadi cemeti supaya tetap bertahan,” ujarnya.

“Dalam lakon kehidupan segetir apa pun, saya berupaya berjuang karena petuah Bapak yang melecut membangkitkan saya. Petuah Bapak, Daeng Abdul Kadir, lelaki berhati seluas samudera yang selalu menjadi matahari, menjadi lentera di kegelapan malam guna menerangi hari-hari saya,” sambungnya.

Biografi “True Story Mbak Ipung” (BB/ipg)

Rindu Bertemu Saudara Bugis

“Saya Daeng Ipung anak dari Daeng Abdul Kadir. Saya pingin mereka yang ada di Bugis mendatangi saya, saya masih hidup, carilah saya karena saya tidak bisa mencari kalian dan saya tidak mempunyai satu lembar identitas pun tentang diri saya,” tutupnya.

‘Ritual’ Menulis di Penginapan

Penulis biografi Vivi Suryanitta (kiri) bersama Daeng Ipung (foto: ist/vivi)

Di sisi lain, ditanya proses penulisan buku ini, Vivi Suryanitta menuturkan sudah mulai sejak akhir Desember 2021, didahului dengan serangkaian wawancara intens dengan Daeng Ipung.

“Di tengah wawancara, tidak jarang diwarnai derai air mata, karena saya tidak kuat mendengar kepiluan hidup yang mendera hidup Mbak Ipung sejak usia kanak-kanak. Setelah wawancara usai, baru saya susun script naskah, sampai saya harus ‘mematikan’ diri. Ini istilah ketika saya bermaksud fokus menulis dan ingin putus sejak sejenak dari dunia luar, yakni dengan mengambil waktu seminggu menginap sendiri di penginapan,” kisah Vivi dalam ‘ritual’ panjang yang dijalaninya saat penulisan buku ini.

“Melalui proses ini, saya benar-benar bisa fokus memintal untaian kisah hidup Mbak Ipung, sekaligus memasukkan spirit atau ‘ruh’ Mbak Ipung agar masuk dalam setiap diksi yang ia pilih sehingga akhirnya menjadi jalinan cerita yang utuh,” urai Vivi wartawan senior jebolan Fakultas Sastra Universitas Udayana ini.

Pembela Hak Perempuan dan Anak

Inspirasi terbesar yang ia ungkapkan melalui buku biografi ‘Mbak Ipung’ adalah bahwa perjuangkan cita-cita, meski ribuan cobaan menghadang. Seperti Daeng Ipung yang sejak kelas 3 SD ingin menjadi penasihat hukum.

“Meski ada badai, cobaan dan rintangan, Mbak Ipung tetap berupaya segala cara memperjuangkan cita-cita itu sampai akhirnya akhirnya tergenggam tangan hingga di titik kini menjadi pembela terdepan bagi anak-anak dan wanita Indonesia, khususnya yang mengalami ketidakadilan, kekerasan seksual dan tertindas secara sosial.

Buku ke – 17

Biografi “True Story Mbak Ipung” karya Vivi Suryanitta (ist/vivi)

Dijelaskan Vivi, dengan terbitnya buku biografi ‘Mbak Ipung’ ini, menandai telah menelurkan karya sebanyak 17 buku.

“Ini merupakan buku ke-17 yang saya kerjakan, setelah sebelumnya saya sempat menulis buku biografi wakil rakyat di Lombok Tengah, bupati dan sejumlah tokoh publik lainnya. Semoga kehadiran buku biografi Mbak Ipung dapat diterima dan nilai filosofi yang tertuang di dalamnya bisa menerangi jiwa pembaca,” pungkas Vivi yang juga Pemimpin Perusahaan media online lenteraesai.id ini. (BB/501)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button